Walaupun hasil penelitian menunjukkan bahwa manfaat koreksi kesalahan pada
tulisan siswa bertentangan satu dengan yang lain, pengajar bahasa tidak dapat
berhenti mengoreksi kesalahan-keslahan karena siswa sendiri menginginkan
pengajar mengoreksi kesalahan-kesalahan mereka (Walz 1982). Masalahnya
adalah harapan siswa kerap kali berbeda dengan keyakinan pengajar tentang
koreksi kesalahan (Diab 2006). Kajian ini ingin mengetahui keinginan para
mahasiswa dan pengajar di Universitas di Indonesia tentang koreksi kesalahan
tulisan mahasiswa. Sebuah kuesioner yang disusun berdasarkan kuesioner
yang digunakan Leki (1991) dan kuesioner yang digunakan Diab (2006)
digunakan untuk mengetahui keinginan pengajar dan mahasiswa tentang
teknik koreksi dan keyakinan mereka tentang koreksi kesalahan tulisan yang
effektif. Kuesioner ini dibagikan kepada mahasiswa dan pengajar di Indonesia.
Jawaban pengajar dibandingkan dengan jawaban mahasiswa. Bila pengajar dan
mahasiswa memahami tujuan dari teknik koreksi kesalahan tertentu dan setuju
dengan penggunaannya, koreksi kesalahan diyakini akan sangat bermanfaat.
Berdasarkan hasil kajian ini, beberapa implikasi bagi pengajaran bahasa di kelas
dibahas.