Ringkasan EksekutifPT. Iglas (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara
dibawah pembinaan Departemen Perindustrian sebagai departemen teknis dan
dikelompokkan kedalam jajaran Direktorat Jendral Aneka Industri, sejak akhir
tahun 1986 telah merintis usaha-usaha memasarkan produkiiya kepasaran ekspor.
Usaha-usaha tersebut ditunjang oleh kebijaksaan devaluasi nilai mata-uang Rupiah
oleh Pemerrntah pada bulan September 1986 yang berdampak positif atas harga
harga komoditi ekspor non-migas Indonesia, Oleh karena harga-harga produk
manufakturing untuk tujuan ekspor makin kompetitif dipasaran internasional,
sejak tahun 1987 ekspor produk P.T. Iglas telah mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun dengan jumlah negara tujuan ekspor yang makin berkembang pula.
Dipandang dari segi finansial Perusahaan, peningkaan penerimaan devisa
dan ekspor telah membantu memperkuat posisi likuiditas perusahaan. Posisi
keuangan yang makin membaik selain diakibatkan oleh bertambahnya nilai penju
alan, juga disebabkan oleh tingkat perolehan laba bersih. Hal ini juga disebabkan
makin membaiknya penagihan piutang (?collection of debt?) keberhasilan ma
najemen didalam menekan persediaan bahan-baku, suku-cadang, alat-alat pabrik
dan persediaan barang-jadi, sehingga sejak tahun 1987 sampai pada laporan
Kantor Akuntan Negara terakhir pada tahun 1990 Kinerja Tahunan P.T. Iglas
telah memperoleh penilaian dan Departemen Keuangan yaitu penilaian tingkat
kesehatan keuangan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor
740/KMK.OO/1989 tanggal 28 Juni 1989, dan termasuk dalam kategori sebagai
perusahaan yang ?Sehat Sekali?
Perolehan devisa Perusahaan sebagai hasil ekspor produknya, telah
berhasil ditingkatkan lebih dan 30 kali selama jangka waktu 4 tahun, yaitu pada
tahun 1986 diperoleh valuta asing sebesar USD 201,810.00 dan pada tahun 1990
mencapai nilai USD 6,128,840.00. Didalam tonase dan 948 ton menjadi 16,359
ton at.au meningkat sthesar lebih dari 17 kali.
Liputan negara-negara tujuan ekspor (yang merupakan pasar ekspor
produk-produk P.T. ¡glas) semula hanya pada 2 negara di Timur Tengah melalui
pedagang perantara dari Singapura. Namun pada tahun 1990 telah berhasil diliput
lebih dari 20 negara tujuan mulai dari Fiji kepulauan Pacific, Asia Timur, Asean,
Asia Barat, Afrika Timur dan Timur Tengah. Dengan langganan setempat pada
umumnya telah diadakan hubungan dan negosiasi secara langsung tanpa melalui
perantara kecuali untuk negara-negara Reunion, Mauritius, Madagaskar, Saudi
Arabia, Oman, Bahrain, Abu Dhabi dan Kuwait.
Masalah yang akan dibahas dalam karya akhir ini adalah aspek pengem
bangan usaha-usaha ekspor dan pemanfaatan atau penggunaan antara dana yang
diperoleh dan kegiatan ekspor, dengan kewajiban pembiayaan kegiatan opera
sional perusahaan berupa penyediaan dana untuk impor atas bahan-baku (soda
ash), bahan penolong (chemicals), suku-cadang, dan cetakan (moulds).
Selama kurun waktu perolehan devisa sejak tahun 1986 - 1991 pemanfaa
tannya adalah dengan cara menyeimbangkan atau menyesuaikan antara pendapa
tan dan hasil ekspor dengan kewajiban membuka ataupun melunasi ?Letter of
Credit? atas impor dan bahan-bahan yang disebutkan diatas. Dengan kata lain
Biro Keuangan (Treasury) dari waktu ke waktu selalu melakukan ?matching?
antara pendapatan dan kewajiban dari valuta asing Dalam hal diperoleh kelebihan
dana, maka valuta asing yang tersisa dicairkan kedalam mata uang Rupiah untuk
pembiayaan operasional perusahaan atau untuk disimpan didalam bentuk deposito
berjangka.
Mengingat prospek ekspor produk perusahan dalam jangka waktu 5 - 10
tahun mendatang memberikan gambaran yang cerah, maka dapat diperkirakan
bahwa perolehan valuta asing pull akan makin besar, sehingga penulis berpenda
pat, bahwa cara atau metode pembelanjaan dan valuta asing yang diperoleh perlu
dan dapat ditingkatkan sehingga memberikan manfaat dan keuntungan bagi peru
sahaan. Untuk itu maka Perusahaan memerlukan 3 kebijakan pengelolaan valuta
asing, yaitu:
1. Memberikan perlindungan/pengamanan terhadap gejolak fluktuasi nilai-tukar
2. Memanfaatkan tingkat bunga simpanan pada bank-bank didalam negeri.
3. Menekan suatu kombinasi yang optimal antara perolehan ekspor dan kewaji
ban impor dengan melaksanakan ?foreign exchange hedging?.
Ketiga kebijaksanaan tersebut dapat dilaksanakan dengan sangat mudah,
mengingat tersedianya berbagai fasilitas perbanican dan fasilitas lembaga-lembaga
keuangan non-bank, demikian juga dengan tersedianya seperangkat produk
produk perbankan.