Tulisan ini membahas pengaruh pasar kerajinan tangan terhadap sebuah komunitas kecil di Bali Selatan. Sejak pertengahan tahun 1980an, Tegallalang telah menjadi daerah tujuan yang populer bagi para pembeli asing yang mencari kerajinan dan furnitur Bali untuk pasar global. Para seniman dan pemilik toko di Tegallalang telah memperluas dan melakukan diversifikasi komoditi, mulai dari topeng Bali, dijereedoo Aborigin Australia, furnitur Timor, seni rakyat Amish sampai furnitur Maroko. Dengan demikian, industri kerajinan tangan menciptakan sebuah tempat baru bagi pemilik toko, seniman dan buruh seni untuk mengimajinasikan 'kebudayaan-kebudayaan' lain sekalipun mereka tidak atau sedikit sekali mengalami kontak langsung. Para pembeli dari Barat melihat seni etnis atas sifat 'otentik'. Namun, di tempat-tempat seperti Tegallalang apakah para seniman dan penjual melihat hubungan antara obyek dan tempat asal barang seni dengan cara yang sama seperti halnya konsumen dari Barat? Tulisan ini menyajikan wacana estetika dan budaya di kalangan seniman dan pemilik toko yang melihat gagasan kebudayaan lainnya (the others).