Kepercayaan yang diberikan informan pada etnografer, dan sebaliknya, merupakan dasar utama sebuah penulisan etnografi. Dalam antropologi 'tradisional,' kepercayaan ini dibangun lewat interaksi tatap mata yang berlangsung lama dan konstan. Dalam antropologi cyberspace, interaksi terjadi di tengah identitas-identitas anonim di dunia maya. Lalu, apakah kepercayaan bisa diperoleh bila anonimiti menjadi dasar interaksi? Tulisan ini membahas pentingnya kepercayaan untuk melengkapi rangkaian puzzle permasalahan etnografi. Dalam mencapai hal ini, etnografer 'tradisional' atau etnografer cyberspace, tidak banyak melakukan perbedaan. Dengan kata lain, secara metodologi, antropologi 'tradisional' dan antropologi cyberspace tidak perlu banyak dibedakan.