Hasil survey di majalah SWA bulan Oktober 2003 yang dilakukan bekerja sama dengan lembaga riset independen, MARS, mendudukkan MMUI di peringkat teratas sebagai sekolah bisnis terbaik di Indonesia. Namun untuk tingkat dunia, atau bahkan Asia-Pasifik, MMUI belum dapat bersaing dengan sekolah bisnis mancanegara. Dengan alasan inilah, maka MMUI harus senantiasa meningkatkan dan memperbaiki mutu berbagai aspek di dalamnya, baik aspek kurikulum, dosen, fasilitas, maupun aspek lulusannya.
Untuk mengukur kualitas lulusan, salah satu acuan yang umum digunakan adalah prestasi akademik yang biasanya diwujudkan dalam bentuk Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Ada berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Di antara banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademik tersebut, ada dua faktor yang memberikan sumbangan yang terbesar pada baik atau buruknya prestasi akademik seseorang, yaitu faktor kecerdasan/ potensi akademik dan faktor gaya belajar (Howe, 1.986). Gaya belajar yang paling efisien dan dapat meningkatkan prestasi akademik adalah gaya belajar yang sesuai dengan tuntutan tugasnya, atau dengan kata lain sesuai dengan bidang pendidikannya.
Penelitian ini membedah prestasi akademik mahasiswa MMUI, yang dicerminkan oleh nilai IPK, dari sudut pandang kedua faktor tersebut. Faktor kecerdasan/ potensi akademik dicerminkan oleh nilai TP A (Tes Potensi Akademik), sedangkan gaya belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya belajar menurut David A. Kolb, yang terdiri dari 4 (empat) gaya belajar, yaitu: convergent, divergent, assimilation dan accomodative. Pada penelitian ini akan dilihat pengaruh kesesuaian keempat gaya belajar tersebut dengan bidang pendidikan terhadap prestasi akademik mahasiswa. Selain itu juga diteliti hubungan antara gaya belajar dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu: tipe kepribadian dan pekerjaan saat ini.
Subyek pada penelitian ini adalah mahasiswa MMUI Program Reguler angkatan 2004, baik mahasiswa pagi maupun malam. Jumlah sampel yang digunakan adalah 99 responden yang dipilih dengan metode non-probability sampling. Sedangkan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner yang bersifat self- administered. Data primer yang diperoleh kemudian diolah menggunakan GLM-Univariate dan Correspondence Analysis.
Dari proses analisis diperoleh kesimpulan bahwa potensi akademik, dalam hal ini nilai TP A, seeara signifikan berpengaruh positif pada prestasi akademik mahasiswa yang dicerminkan oleh nilai IPK. Mahasiswa dengan nilai TP A yang tinggi cenderung memiliki nilai IPK yang tinggi. Demikian pula sebaliknya, mahasiswa dengan nilai TP A yang rendah cenderung memiliki nilai IPK yang rendah pula. Sedangkan gaya belajar berpengaruh pada prestasi akademik mahasiswa pada batas signifikansi marginal, artinya hanya ada gaya belajar tertentu saja yang sesuai dengan bidang pendidikan tertentu yang akan berpengaruh positif pada prestasi akademis seseorang. Gaya belajar yang sesuai dengan bidang pendidikan seseorang dan berhubungan dengan nilai IPK yang tinggi adalah convergent-keuangan dan accomodative-pemasaran. Dengan kata lain individu dengan gaya belajar convergent yang memilih bidang keuangan dan individu dengan gaya belajar accomodative yang memilih bidang pemasaran lah yang dapat berprestasi seeara optimal di MMUI.
Kesimpulan lain yang diperoleh dari analisis adalah bahwa individu dengan gaya belajar convergent cenderung memiliki tipe kepribadian ISTJ, ESTJ, ENTJ dan ESTP. Individu ini eenderung bekerja di bidang teknik, riset dan IT. Sedangkan individu dengan gaya belajar accomodative eenderung memiliki tipe kepribadian ENTP dan ENFJ, serta dapat berasal dari Jatar belakang pekerjaan yang beragam. Walaupun gaya belajar yang sesuai dengan bidang pendidikan seseorang dan berhubungan dengan nilai IPK yang tinggi adalah convergent-keuangan dan accomodative-pemasaran ternyata bidang pendidikan yang berkorespondensi dengan nilai IPK yang tinggi tidak hanya keuangan dan pemasaran, melainkan keuangan, pemasaran, SDM dan operasional. Oleh karena itu pihak MMUI juga tidak dapat mengabaikan begitu saja bidang pendidikan yang lain.
Dari kesimpulan yang telah ditarik, peneliti memberikan beberapa saran bagi Manajemen MMUI, yaitu : nilai TP A dapat dipertahankan sebagai salah satu persyaratan bagi calon mahasiswa untuk masuk MMUI. Demikian pula halnya gaya belajar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menjaring eaton mahasiswa. Untuk memperoleh mahasiswa dengan nilai IPK yang tinggi, MMUI dapat memprioritaskan ealon mahasiswa dengan gaya belajar convergent yang memilih bidang pendidikan keuangan dan calon mahasiswa dengan gaya belajar accomodative yang memilih bidang pendidikan pemasaran, karena kedua kelompok mahasiswa ini lah yang mampu berprestasi secara optimal di MMUI.
Selain didasarkan pada gaya belajar, proses penyaringan mahasiswa juga dapat didasarkan pada tipe kepribadian dan bidang pekerjaannya, yaitu: tipe kepribadian ISTJ, ESTJ, ENTJ, ESTP dan bidang pekerjaan teknik, riset dan IT untuk bidang keuangan. Dan tipe kepribadian ENTP dan ENFJ untuk bidang pemasaran, sedangkan bidang pekerjaannya dapat beragam. Untuk memotret gaya belajar dan tipe kepribadian calon mahasiswa, MMUI dapat menggunakan kuesioner LSI (Learning Style Inventory) dan PSI (Personal Style Inventory).
Saran lain yang disampaikan adalah mempertahankan kurikulum yang sudah dititikberatkan pada tahap belajar active experiment (AE), seperti: studi kasus, praktek lapangan/ magang, dll. Dan memperbaiki kurikutum yang belum dititikberatkan pada tahap belajar tersebut. Selain itu pemilihan dosen diutamakan yang mampu menonjolkan tahap belajar active experiment (AE), atau dosen yang sudah ada dikembangkan agar mampu menonjolkan tahap belajar active experiment (AE), misalnya dengan mengikuti kursus studi kasus.