ABSTRAKDalam dunia investasi, pasar modal khususnya pasar saham, dari hari ke hari kian menjadi primadona wahana investasi bagi para investor terutama karena menjanjikan kemungkinan return yang relatif lebih besar hila dibandingkan wahana investasi lainnya. Akan tetapi di dalam kemungkinan return yang menjanjikan tersebut terkandung pula risiko kemungkinan kerugian yang besar pula. Sifat dasar manusia yang ingin selalu meraih keuntungan dan juga pada saat yang bersamaan ingin pula menghindari risiko (risk averse), mendorong manusia untuk mencari suatu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Lahirlah teori portofolio, suatu cara yang awalnya dikembangkan para akademisi yang berhubungan dengan pemilihan portofolio yang dapat memaksimalkan pengembalian yang diharapkan dengan tingkat risiko yang masih dapat ditolerir. Dari sekian banyak teori portofolio yang ada, sal.ah satunya adalah Single Index Model.
Awalnya dikembangkan oleh Wiliiam Sharpe pada tahun 1963. Model ini menguraikan pedoman pemilihan yang rasional dalam kondisi ketidakpastian dengan asumsi investor yang risk averse dan bertindak atas dasar utility yang diharapkannya dan akan melakukan diversikasi pilihan portofolio berdasarkan mean dan variance. Kelebihan teori ini dibandingkan model portofolio lainnya adalah penyederhanaan dalam hal jumlah input yang dibutuhkan untuk menaksir variance tingkat keuntungan portofolio. Sebagai bahan perbandingan, misalkan kita akan melakukan analisis suatu portofolio yang terdiri dari 10 saham. Dengan Markowitz Model, untuk menaksir E(Rp) (expected return portofolio) kita perlu menaksir 10 tingkat keuntungan saham. Selanjutnya untuk menaksir crp kita perlu menaksir 10 variance tingkat keuntungan dan 45 covariance. Dengan Single Index Model, untuk menaksir variance tingkat keuntungan portofolio hanya mernbutuhkan jumlah parameter sebanyak 21 saja.
Single Index Model inilah yang penulis ingin jabarkan dalam penulisan karya akhir ini, terutama tentang bagaimana penerapannya dalarn pemilihan saham di Bursa Efek Jakarta. Penulis menggunakan data yang bersifat sekunder yang diarnbil dari Bursa Efek Jakarta (harga saharn individual yang masuk dalam LQ-45 dan Indeks Harga Saham Gabungan) dan Bank lndonesia (suku bunga Sertifikat Bank lndonesia l bulan) selama tahun 2003. Dari penelitian yang dilakukan penulis dapat dibuktikan bahwa dengan rnenggunakan Single Index Model temyata bisa didapat suatu kumpulan saharn yang rnasuk dalam suatu portofolio optimal. Dari 45 saham yang masuk dalam LQ-45 Bursa. Efek Jakarta, diperoleh kesimpulan penelitian :19 saham yang masuk dalarn portofolio optimal, 18 saham masuk dalam portofolio tidak optimal, dan 8 saham tidak masuk dalam portofolio. Selain itu, dari penelitian dapat pula dibuktikan bahwa portofolio optimal yang dihasilkan temyata setelah dilakukan pengujian dengan t-test statistic lewat bantuan program SPSS, memang memberikan return yang lebih tinggi secara significant hila dibandingkan portofolio yang tidak optimal.
Karya akhir ini menyajikan secara mendetil langkah-langkah yang hams dilakukan apabila ingin menerapkan Single Index Model dalam rangka pencarian portofolio saham yang optimal dalam suatu kumpulan saham. Diharapkan dengan model penyajian tersebut, orang yang awam sekalipun tetap dapat mengerti bagaimana Single Index Model itu seharusnya digunakan.
Penulis sangat berharap penelitian tentang bagaimana penerapan Single Index Model di Bursa Efek Jakarta ini bisa menjadi salah satu tools bagi para investor di Bursa Efek Jakarta dalam melakukan pemilihan saham-saham yang akan dibeli.