ABSTRAKMasyarakat Indonesia adalah masyarakat yang konservatif dalam menilai risiko. Mereka bersedia mendapatkan imbal hasil yang lebih rendah namun dengan risiko yang dapat ditoleransi dibandingkan sebaliknya. Karena itu meskipun kita memiliki pasar modal sebagai media investasi, namun likuiditasnya lebih ditentukan oleh determinasi investor
asing. Mayoritas masyarakat kita lebih memilih instrumen deposito ataupun tabungan
konvensional sebagai media investasinya.
Kemudian 1 Januari 1996 diberlakukan UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Tahun 1996 ditetapkan sebagai Tahun Reksadana. UU ini menjadikan reksadana efektif sebagai instrumen investasi. Reksadana dengan cepat menarik perhatian masyarakat. lnstrumen ini menjanjikan imbal hasil yang lebih tinggi namun tetap dengan risiko yang dapat ditoleransi masyarakat.
Meskipun mengalami pertumbuhan yang relatif stagnan selama 1997-1999, namun seiring membaiknya kondisi makro dan kembali terciptanya kepastian dalam system bernegara, pasar kita kembali pulih. Aktivitas bursa kembali marak. Volume perdagangan yang signifikan dan pasar yang kembali likuid adalah barometer pulihnya sistem transaksi di pasar modal kita ini. Ini kemudian dikonfirmasi oleh berbagai indeks kinerja yang menunjukkan determinasi positif.
Salah satu media investasi yang menunjukkan bergairahnya pasar ini adalah tumbuhnya industri reksadana dalam beberapa tahun terakhir, baik dalam jumlah portofolio ataupun nilai aktiva bersihnya. Pertumbuhan ini menjadi makin signiftkan dengan makin mahirnya manajer investasi kita mengelola portofolionya. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya imbal hasil yang didapatkan melalui instrumen investasi ini. Ini menjadi landasan karya akhir ini. Karya akhir ini bertujuan mengetahui kinerja reksadana dalam periode 2001-2003. Penelitian dilakukan terhadap semua jenis reksadana baik saham, pendapatan tetap, pasar uang ataupun campuran. Data yang digunakan adalah nilai aktiva bersih bulanan. Kinerja reksadana yang diteliti diukur dari rerata imbal hasil per bulan serta parameter kinerja seperti Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure dan Appraisal Ratio. Selain itu akan diteliti kemampuan manajer investasi memanfaatkan market timing dalam pengelolaan portofolionya.
Hasil dari karya akhir ini dapat dideskripsikan secara singkat sebagai berikut, untuk rerata imbal hasil per bulan Schroder Dana Prestasi Plus memberikan imbal hasil tertinggi yaitu 3,01 %. Untuk Indeks Sharpe, Dana Unggul lnvestasi Terpercaya memiliki nilai tertinggi yaitu 4,11. Untuk Indeks Treynor, Nikko Obligasi Nusantara memiliki nilai tertinggi yaitu 0,36. Untuk nilai Alpha Jensen, Schroder Dana Prestasi Plus memiliki nilai tertinggi yatu 1,17% dan nilai appraisal ratio Dana Unggul Investasi Terpercaya adalah yang tertinggi yaitu 4,05. Untuk uji market timing, temyata semua manajer investasi tidak mampu memanfaatkan market timing dalam pengelolaan portofolionya