ABSTRAKHal yang perlu dilakukan oleh seorang investor adalah mengidentifikasi imbal basil (return) dan risiko yang rnengikat keputusan yang dilakukannya karena trade-off antara keduanya menggambarkan bahwa jika investor mengharapkan imbal basil yang lebih tinggi atas aset yang dipilihnya, rnaka ia hams bersedia rnenanggung kerugian yang lebib besar, dan sebaliknya. Model yang dikembangkan oleh Stephen A Ross (1976) yaitu model Arbitrage Pricing Theory (APT) merupakan salah satu model yang menganalisis hubungan antara return dengan risiko yang mengikatnya. Teori ini memperhitungkan berbagai sumber risiko sistematis, tidak hanya risiko pasar. Dalam model APT yang dikembangkan oleh Bremeister, Roll dan Ross (2003), model ini meneliti hubungan antara return dengan berbagai risiko makro, yaitu faktor risiko kepercayaan, horizon waktu, inflasi, siklus bisnis dan pasar.
Dalam model tersebut, return suatu saham terdiri dari dua bagian, yaitu expected dan unexpected return. Unexpected return berkaitan dengan pergerakan return terbadap berbagai surprises atau perbedaan antara faktor makro yang diperkirakan sebelumnya dengan keadaan aktual, sedangkan expected return merupakan imbal basil yang diperkirakan akan diterima dengan memperhitungkan premi terbadap perubahan faktor makro. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diteliti hubungan faktor-faktor makro yang secara apriori berpengaruh terhadap return suatu saham.
Penelitian dalam karya akhir ini rnenganalisis penerapan model APT tersebut
terhadap 20 saham yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta sejak bulan Januari 2000 sampai dengan Maret 2004, yaitu saham TLKM, ASII, BNBR, JNDF, ISAT, HMSP, BUMI, BNII, LPBN, GGRM, MLPL, BNGA, UNTR, LPLI, RMBA, MPPA, PNBN, AALI, GJTL dan ANTM.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model ini dapat menerangkan return 16 saham yang diteliti, berturut-turut dari goodness of.fit yang te1tinggi yaitu saham UNTR, TLKM, GGRM, ASII, ISAT, HMSP, MLPL, INDF, GJTL, MPPA, LPLI, RMBA, ANTM, PNBN, AALI dan BNBR. Nrunun demikian, faktor makro yang secara signifikan berpengaruh terhadap return sahrun yang diteliti hanyalah faJ..'tor risiko pasar, sementara beberapa faktor lairmya adalah faktor risiko inflasi dan siklus usaha untuk sahrun TLKM yang notabene merupakan sahrun paling aktif dalrun srunpel. Untuk empat sahrun dimana model ini tidak signifikan, tiga sahamnya merupakan sahrun dari empat sahrun yang diteliti pada sektor perbankan, yaitu saham LPBN, BNII dan BNGA Model diduga tidak signifikan karena faktor diluar model seperti masalah rekapitalisasi dan penambahan modal bank dimaksud.