UI - Disertasi Membership :: Kembali

UI - Disertasi Membership :: Kembali

Konstruksi sosial atas tradisi perayaan budaya Jawa studi etnografi tentang konstruksi tradisi perayaan sekaten di Manding Yogyakarta = Social construction in javanese culture tradition an ethnographic study on the construction of sekaten tradition in Manding Yogyakarta

Rajiyem; Billy Sarwono, promotor; Alois Agus Nugroho, co-promotor; Arie Setiabudi Soesilo, examiner; Andre Hardjana, examiner; Arintowati Hartono Handojo, examiner; Widjajanti M. Santoso, examiner; Pinckey Triputra, examiner; Eriyanto, examiner; Ilya Revianti Sudjono Sunarwinadi, examiner (Universitas Indonesia, 2017)

 Abstrak

Dampak globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi terhadap perubahan budaya lokal sudah tak bisa dibendung lagi. Masyarakat khawatir akibatnya terhadap perubahan budaya lokal. Penelitian ini dilakukan untuk memahami konstruksi sosial atas nilai-nilai tradisi perayaan budaya Sekaten pada masyarakat Jawa. Berbagai pemberitaan Sekaten di media menunjukkan bahwa ada perubahan penekanan yang semula menekankan unsur religi, sekarang cenderung menekankan faktor ekonomi. Perubahan ini tak terjadi dalam waktu yang singkat. Sekaten sebagai tradisi perayaan budaya telah dikonstruksi dan direkonstruksi tak terlepas dari konteks sosial, politik, ekonomi, budaya dan masyarakat serta penguasa sesuai zamannya. Dengan demikian yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana konstruksi sosial atas nilai tradisi perayaan Sekaten pada masyarakat Jawa?
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, peneliti menggunakan teori konstruksi sosial atas realitas sebagai teori utama, yang dikemukakan oleh Berger dan Luckman.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi dan paradigma konstruktivisme. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap lima narasumber dari Desa Manding di Yogyakarta. Adapun analisis data yang digunakan adalah tematik dan keabsahan data dilakukan melalui triangulasi.
Hasil penelitian menunjukkan informan dapat dikategorikan dalam kelompok tradisional dan non tradisional. Ada perbedaan mendasar dari ketiga kelompok tersebut dalam mengkonstruksi realitas objektif nilai tradisi Sekaten yang dibagi menjadi: 1 benda-benda dalam tradisi perayaan Sekaten; yang dipahami melalui realitas subyektif ada atau tidak ada makna magis sekaten 2 relasi rakyat dengan raja, terjadi melalui realitas subjektif atas kedudukan raja; 3 relasi manusia dengan Tuhan melalui realitas subjektif terhadap kepercayaan akan Tuhan.Mereka, yang berusia di atas 50 tahun, yang tergabung dalam kelompok tradisional, memiliki keyakinan Kejawen masih mempunyai kepercayaan yang kuat akan adanya jimat, makna magis pada benda-benda dalam tradisi Sekaten, dan adanya kesaktian yang dimiliki Sultan sebagai sesembahannya. Sebaliknya, kelompok non tradisional, menganut agama Islam dengan taat, tidak lagi percaya pada jimat, tidak ada makna magis pada benda-benda dalam tradisi Sekaten dan memandang Sultan sebagai gubernur yang tidak lagi memiliki kesaktian. Sementara itu, di dalam kelompok tradisional dan non tradisional, terdapat informan yang disebut Islam Kejawen. Mereka ini mengikuti ajaran Islam namun masih percaya adanya jimat dan benda magis dalam Sekaten, meyakini bahwa semua itu terjadi melalui kuasa Tuhan.Bagaimana perubahan konstruksi sosial atas realitas itu terjadi, bisa dilihat melalui media, kebijakan pemerintah ataupun pelaksanaan ritual dalam keraton yang dikontruksi dan direkonstruksi sesuai zamannya dan tidak terlepas dari konteks sosial, politik, ekonomi dan budaya.

The impacts of globalization and technological advances on local culture cannot be dammed anymore that these issues make local community worried about the future of their local culture. This research attempts to understand the social construction of the reality values of traditional cultural celebration of Sekaten in Javanese society. News reports on Sekaten show that there is a changing value of the tradition which it used to be about religious event but now it is more about economic. This change did not happen in a short period. In addition, the construction and the deconstruction of the values of Sekaten are not related to the power relation, social context, politics, economy, culture, and the community in its time. The research question in this study is, how does the social construction on the traditional value reality of Sekaten in the Javanese society.
To answer the question, this study uses Berger and Luckman rsquo s Social Construction of Reality Theory. This study uses qualitative approach with ethnography method and constructivism paradigm. The data was collected through in depth interviews of five speakers from Manding Village in Yogyakarta. The data analysis used is thematic and data validity is done through triangulation.
The results show that informants can be categorised into traditional and non traditional groups. There are fundamental differences between the three groups in constructing the objective reality of the Sekaten tradition values which are divided into 1 Objects in the tradition of the Sekaten celebration, which is understood by the subjective reality of the existence or absence of a sectional magical meanings 2 The relation of the people to the king, which occurs through the subjective reality of the king 39 s position 3 Human relation with God through subjective reality to belief in God.Respondents who are over 50 belong traditional groups, they still practice the traditional Kejawen belief and they belief in the existence of amulets, the existence of magical meanings on objects in Sekaten. Including believing in the magic that the Sultan of Yogyakarta has in his offerings. In contrast, the non traditional group, they practice Islam faithfully. This groups no longer believes in the amulets, or the existence of magical meanings on objects in the Sekaten tradition and they view the Sultan as a governor who no longer has supernatural powers. Meanwhile, there is also a group of informants called the Islam Kejawen. They follow the teachings of Islam but still believe in magical amulets and talismans in Sekaten, but they believe that they happen through the power of God.How social change in the construction of reality occurs, can be seen in many ways such as through the media, government policy or the implementation of rituals in the palace that is constructed and reconstructed from time to time and the processes are inseparable from the social, political, economic and cultural context.

 File Digital: 1

Shelf
 D2324-Rajiyem.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Disertasi Membership
No. Panggil : D2324
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Universitas Indonesia, 2017
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xiv, 190 pages: illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
D2324 07-19-680895242 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20453994
Cover