ABSTRAKInversi seismik merupakan proses pengubahan suatu data seismik menjadi suatu
kuantitas Impedansi Akustik, sedangkan Dekomposisi Spektral merupakan proses
pemisahan komponen spektrum frekuensi pada data seismik yang berguna dalam
menentukan zona frekuensi rendah atau yang diistilahkan dengan low frequency
shadow zone. Kedua metode tersebut telah digunakan dalam penelitian ini. Inversi
yang digunakan adalah model based, sedangkan dekomposisi spektral
menggunakan continues wavelet transform. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua
metode tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa lapangan CH pada formasi
kujung, Cekungan Jawa Timur terdapat area dengan nilai Impedansi Akustik yang
rendah yang menunjukkan daerah-daerah reservoar dengan kandungan fluida gas
yang ditunjukkan oleh anomali spektrum pada frekuensi 7 Hz.
ABSTRACTSeismic Inversion is the process of converting seismic data into a quantity named
Acoustic Impedance, while Spectral Decomposition is the process of separating
the components of the frequency spectrum on seismic data that is useful in
determining the zone of low frequency or which is termed the low frequency
shadow zone. Both of these methods have been used in this study. Inversion
method used is a model-based, while the spectral decomposition using continues
wavelet transform. The results showed that both methods have consistently shown
that CH field on the Kujung formation, East Java Basin there are areas with a low
Acoustic Impedance values that show areas of reservoir with gas content indicated
by anomalous spectrum at a frequency of 7 Hz.