ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran Adversity Quotient dan Psychological Well-being pada mualaf khususnya pasca peralihan keyakinan atau fenomena konversi. Penelitian dilakukan pada empat orang mualaf dewasa yang masa konversinya melewati 5 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus instrinsik yang datanya dihimpun melalui wawancara, lalu dianalisa secara intra-subjek dan inter-subjek. Adversity Quotient diukur dengan empat dimensi CORE yang menunjukkan pengendalian, kepemilikan, jangkauan serta ketahanan mualaf. Sedangkan, Psychological Well-being diukur dengan enam dimensi pembentuk yang menunjukkan penerimaan diri, penguasaan lingkungan, hubungan baik, tujuan dalam hidup serta perkembangan kepribadian dan otonomi diri dalam beragama. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar mualaf yang menjadi subjek memiliki Adversity Quotient tipe climber yang berarti mereka mampu mengendalikan dan menyelesaikan masalah, meskipun membutuhkan waktu, sebagian besar mualaf mampu untuk strive and fight menghadapi berbagai tekanan atau kesengsaraan multidimensi. Sementara itu, keadaan Psychological Well-being sebagian besar mualaf ada pada tren yang positif dan konstruktif karena mereka dapat berbahagia dan berpuas diri atas kehidupan saat ini yang disandarkan pada Islam, mereka juga merasakan ketenangan, kedamaian serta keindahan dalam hidup setelah mengenal Islam lebih intens.
ABSTRACTThe purpose of this research is to describe the picture of Adversity Quotient and Psychological Well being on mualaf, especially after conversion or conversion phenomenon. The research was conducted on four adult mualafs whom converted for more than 5 years. The methodology used in this research is qualitative with case study instrinsic approach which the data is gathered through interview, then analysed with intra subject and inter subject approach. Adversity Quotient measured by four dimensions of CORE which show control, ownership, reach, also endurance of mualaf. Meanwhile, Psychological Well being measured by six shaping dimensions which show self acceptance, environmental mastery, positive relations and purpose in life, also personal growth and autonomy in faith. The discovery of this research is showed that majority mualafs who become the subjects are having Adversity Quotient with climber type which means they are able to control and overcome the problem, eventhough spend longer time, they are able to strive and fight to face any pressure or multidimensional adversity. Meanwhile, majority of mualaf rsquo s Psychological Well being is on a positive and constructive trend because they can happily live and satisfied with the current life which based on Islam, they also feel calmness, peace and beauty in life after knowing Islam more intesively.