ABSTRAKBeberapa penelitian terkini mengungkap bahwa konsumsi fakta bertema konspirasi didorong oleh motivasi untuk melindungi identitas sosial diri dalam situasi terancam. Terkait dengan makin populernya pandangan konservatif di Indonesia, sebuah penelitian mengenai teori konspirasi mengindikasikan kesalingterkaitan antara identifikasi sosial dan persepsi keterancaman dalam memprediksi kepercayaan teori konspirasi. Di sisi lain, kepercayaan terhadap teori konspirasi ditemukan terkait erat dengan kebutuhan kepastian jawaban, namun hubungan keduanya belum ditelaah secara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara need for cognitive closure NFC dengan kepercayaan konspirasi lebih jauh dengan melihat bagaimana identifikasi sosial dan persepsi keterancaman berperan dalam hubungan tersebut. Sebuah studi observasional pada 399 Muslim di Indonesia menunjukkan tidak ada hubungan langsung antara need for cognitive closure dengan kepercayaan konspirasi. Namun dalam persepsi keterancaman tinggi, individu dengan tingkat NFC rendah lebih memercayai konspirasi, dan dalam identifikasi sosial rendah, individu dengan tingkat NFC tinggi cenderung lebih memercayai konspirasi. Hasil penelitian ini menegaskan kepercayaan konspirasi sebagai upaya pemaknaan realitas melalui pemikiran terbuka, bukan sekadar simplifikasi melalui kategori-kategori sederhana.
ABSTRACTSeries of investigations on conspiracy beliefs showed that the consumption of conspiracy themed facts was driven by social identity protection under threatening condition. Regarding the recent surge of conservatives in Indonesia, research on Indonesians resulted in an intertwined contribution of social identification and perceived threat in predicting conspiracy beliefs. However, despite the notion of conspiracy beliefs as a simplified understanding of reality, the relationship between desire for definite answer and conspiracy beliefs was inconsistent and largely undiscovered. This research aims to examine the relationship between need for cognitive closure NFC and belief in conspiracy theories further through social identification and perceived threat as situational factors. An observational study was conducted to 399 Indonesian Muslim. The result showed no direct relationship between NFC and generic conspiracist belief, but on participants with high perceived threat, people with low NFC tend to belief more in conspiracy theories than those who scored high in NFC. Moreover, on participants with low social identification toward Islam, people with high NFC tend to believe more in conspiracy theories. The result strengthen the notion that conspiracy theories is a manifestation of understanding reality through open mind, rather than mere simplification of reality through easily accessible categories.