ABSTRAKProgram penanggulangan TB nasional menggunakan strategi DOTS (Directly
Observed Treatment Shortcourse) telah dilaksanakan sejak tahun 1995. Secara
nasional strategi DOTS telah memberikan perubahan meskipun belum secara
komprehensif. Kondisi diatas diperparah dengan munculnya masalah baru,
diantaranya adalah kejadian TB-HIV. Tipe penderita dan ko-infeksi TB-HIV
menjadi faktor risiko terjadinya putus berobat OAT pada penderita TB Paru BTA
Positif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tipe penderita dan koinfeksi
TB-HIV dengan kejadian putus berobat penderita TB Paru BTA positif di
Kota Jakarta Timur.
Desain penelitian kasus kontrol, dilakukan pengamatan pada penderita TB Paru
BTA positif di Kota Jakarta Timur. Analisis multivariat dengan regresi logistic.
Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan antara ko-infeksi TB-HIV
dengan kejadian putus berobat pada penderita TB Paru BTA positif di Kota
Jakarta Timur dengan aOR 19,27 setelah dikontrol jenis kelamin dan status PMO
(p value=0,006; 95% CI: 2,36-157,21). Keberadaan infeksi HIV secara bersamaan
dengan infeksi TB semakin mengancam kelangsungan hidup sehingga diperlukan
terapi yang adekuat untuk mengendalikan virus dan membunuh kuman
mycobacterium tuberculosis. Skrining HIV pada penderita TB harus dilakukan
secara intensif untuk tata laksana pengobatan yang adekuat melalui program
kolaborasi TB-HIV sehingga penderita bisa sembuh dari infeksi TB.
ABSTRACTA national TB control program using the DOTS strategy (Directly Observed
Treatment Shortcourse) has been implemented since 1995. Nationally, the DOTS
strategy has provided changes although not yet comprehensively. The above
conditions are exacerbated by the emergence of new problem, such as the
incidence of TB-HIV. Type of patient and TB-HIV co-infection is a risk factor to
default of anti tuberculosis drugs on positive smear pulmonary tuberculosis
patient. The purpose research is to know relation between patient type and TBHIV
co-infection default of treatment for positive smear pulmonary tuberculosis patients in East Jakarta.
The design of case control research, conducted observation on the patient of smear
positive pulmonary tuberculosis in East Jakarta. Multivariate analysis with logistic
regression.
The result of anti tuberculosis drugs of the research showed significant correlation
between TB-HIV co-infection with default with smear positive pulmonary
tuberculosis patient with aOR 19,27 after controlled sex and drug administer
superviser statue (p value = 0,006; 95% CI: 2,36-157.21). The presence of HIV
infection simultaneously with TB infection is increasingly threatening survival so
that adequate therapy is needed to control the virus and kill the bacteria
mycobacterium tuberculosis. HIV screening of tuberculosis patients should be
intensified for an adequate treatment regimen through a TB-HIV collaboration
program so that people can recover from TB infection.