Semakin padatnya Jakarta menjadikan keberadaan ruang publik terbuka semakin dibutuhkan untuk masyarakat. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, pemerintah DKI Jakarta membuat sebuah program yaitu Ruang Publik Terpadu Ramah Anak. Ruang publik ini ditujukan untuk masyarakat Jakarta terutama untuk anak-anak agar mereka mendapatkan ruang terbuka untuk bermain dan belajar. RPTRA yang sekarang telah dibangun mengikuti standar yang telah ditentukan oleh pemerintah DKI Jakarta. Padahal, setiap lokasi memiliki lingkungan yang berbeda sehingga persepsi masyarakat di sekitarnya juga bisa berbeda. Perbedaan ini membuat respon mereka terhadap lingkungan pun berbeda sehingga variasi perilaku serta pengguna yang paling dominan di RPTRA tidak sama persis di setiap lokasi. Untuk mengetahui unsur apa yang membentuk persepsi sehingga terbentuknya variasi perilaku yang berbeda, dilakukan observasi di tiga RPTRA yang berada di Jakarta. Pengamatan dilakukan di RPTRA Bahari, Taman Sawo, dan Belimbing pada hari libur dan hari kerja dengan bantuan video berselang waktu. Pengamatan di tiga RPTRA yang berada di Jakarta menggunakan actor-network theory sebagai cara mengobservasi variasi perilaku pengguna RPTRA, Dari pengamatan, ditemukan bahwa perilaku pengguna di ketiga RPTRA memiliki perbedaan. Perbedaan terlihat dari keterhubungan setiap pengguna berdasarkan rentang usia, keterhubungan dengan actant berupa fasilitas yang ada sesuai standar RPTRA, dan bagaimana keterhubungan ini menyesuaikan perilaku mereka dan cara memperlakukan actant. Keterhubungan actor anak balita dengan dewasa, anak SD dengan anak SD, dan remaja dengan remaja, sebaiknya membuat sebuah desain yang bersih dan nyaman serta berpermukaan datar karena cocok untuk variasi perilaku yang beragam.
More crowded Jakarta has made an opened public space increasingly needed for the people. To answer those needs, DKI Jakarta government created a program called Child Friendly Intergrated Public Space RPTRA . This public space addressed to the citizens of Jakarta especially kids so they can have open space for playing and learning. RPTRA that is now built have followed a standard determined by the government. Whereas each location have different environment which shaped a different perception of its people around. These difference created a different response to the environment so the variations of behavior might not be the same in each location. To know what make it different, observation was done to three RPTRA in Jakarta. The observation was done in RPTRA Bahari, Taman Sawo, and Belimbing on weekend and weekday with the help of time lapse video. Observation of these three RPTRA in Jakarta used actor network theory as a way to observe the variations of behavior of RPTRA rsquo s user. From the observation it was found that variations of behavior did have difference. The difference shown in age difference, the network between actant which the facilities based on RPTRA standard, and how these network adjusted their behavior and how they acted against the actant. The network between toddler actor and adult actor, school kid actor with school kid actor, and adolescent actor with adolescent actor, should have created a design that is clean and comfortable and also flat in surface because it fits the diverse of variations of behavior in each actor.