ABSTRAKPada tanggal 6 Januari 2017, Jepang memanggil pulang Duta Besar dan Konsulat Jenderalnya yang berada di Korea Selatan. Tindakan Jepang ini disebabkan oleh pemasangan patung gadis yang melambangkan jugun ianfu di depan kantor Konsulat Jenderal Jepang di Busan. Esoknya ketiga surat kabar nasional Jepang, yakni Asahi Shimbun, Mainichi Shimbun, dan Sankei Shimbun menerbitkan editorial yang membahas masalah tersebut di laman website masing-masing. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bagaimana peristiwa tersebut dibingkai oleh ketiga surat kabar nasional Jepang, dan perbedaan penonjolan isu yang diangkat. Melalui analisis framing yang dipopulerkan Entman dan Tankard, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman tentang ketiga surat kabar nasional Jepang dalam membingkai masalah pemulangan perwakilan diplomatik Jepang dan bagaimana media mengkonstruksi berita yang disampaikan ke khalayak luas.
ABSTRACTOn Jan. 6 Japan has temporarily recall Ambassador to South Korea and Consul General in Busan and suspended talks on bilateral economic conference. This retaliatory step is to protest Seoul rsquo s inaction concerning a ldquo comfort women or jugun ianfu rdquo statue in front of the Japanese consulate general in Busan. The next day, Japan rsquo s national newspapers, Asahi Shimbun, Mainichi Shimbun, and Sankei Shimbun published editorial about Japan rsquo s government action in their website. The purpose of this research are analyse the framing of news that Asahi Shimbun, Mainichi Shimbun, and Sankei Shimbun published in their website and understand what the most featured issue. This research use framing analysis, that popularized by Entman and Tankard, that hoped to give understanding about how Asahi Shimbun, Mainichi Shimbun, and Sankei Shimbun construct about Japan rsquo s government action that recall diplomatic representation in their news, and how media construct and frame a news before they published it to public.