ABSTRAKSekarang ini banyak cara untuk melakukan investasi. Salah satunya adalah dengan berinvestasi melalui Reksa Dana. Semakin banyak investor pasar modal yang mengalihkan sebagian dananya dari bursa saham ke Reksa Dana karena risiko yang dihasilkan Reksa Dana relative lebih kecil dibandingkan bermain saham. Terutama bagi masyarakat awam, berinvestasi di pasar bursa dapat menimbulkan kerugian besar.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, kemampuan bisnis Reksa Dana semakin meningkat kinerjanya. Salah satu alasan melonjaknya jenis Reksa Dana ini adalah semakin banyak masyarakat yang mengenal Reksa Dana sebagai alternatif investasi selain deposito. Alasan lainnya adalah semakin kurang menariknya tingkat suku bunga deposito beberapa tahun terakhir sehinnga kemungkina return yang didapat melalui Reksa Dana lebih menguntungkan.
Jenis Reksa Dana yang kini paling banyak diminati adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap yang menempatkan sebagian besar instrumennya ke dalam obligasi. Peningkatan ini didukung semakin banyaknya obligasi pemerintah yang dilepaskan bank-bank melalui Reksa Dana Pendapatan Tetap ini.
Studi dalam karya akhir ini bermaksud untuk mengukur kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia selama empat tahun terakhir sehingga masyarakat dapat memperoleh gambaran mengenai kinerja tersebut sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Penelitian dibatasi pada Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia yang dikelola oleh Manajer Investasi Joint Venture, dengan periode waktu 1999-2002. Pemilihan jenis Reksa Dana Pendapatan Tetap sebagai kajian adalah karena jenis Reksa Dana ini sedang marak, dan jenis Reksa Dana ini memberikan risiko yang relatif rendah dengan return yang cukup menguntungkan terutama untuk jangka menengah.
Pengukuran kinerja RDPT adalah dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Hasil kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan kinerja pasar, yaitu Indeks Obligasi dengan tiga metode pengukuran yang sama.
Dari hasil analisis diperoleh bahwa kinerja RDPT tersebut umumnya memiliki kinerja yang lebih buruk dari kinerja pasar. Masih tingginya nilai suku bunga SBI menghasilkan nilai Risk Premium yang negatif, sehingga kinerja RDPT memberikan nilai negatif yang berarti masih buruknya kinerja Reksa Dana tersebut.