ABSTRAKMenjadi seorang perempuan di dalam masyarakat yang patriarkal kerap kali membuat perempuan mengalami opresi dan kekangan sehingga ia tidak bisa secara utuh memiliki kuasa atas tubuhnya. Pengalaman ketubuhan dalam kultur patriarkal tersebut dapat diekspresikan perempuan melalui praktik modifikasi tubuh, salah satunya adalah tato. Jika dahulu tato erat dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas dan kriminalitas, kini tato sudah menjadi bagian dari gaya hidup kaum perkotaan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi, praktik bertato bagi sebagian perempuan yang sadar akan isu gender dan perempuan, dimaknai sebagai sebuah tindakan untuk merebut kembali tubuh mereka dari kultur patriarki. Pemaknaan yang diberikan berdasar pada pengalaman ketubuhan yang dialami, seperti kekerasan seksual, opresi verbal terhadap bentuk tubuh, dan kekangan aturan dari keluarga patriarkal. Selain itu, pemaknaan tersebut juga dipengaruhi oleh lingkup pertemanan informan yang juga paham akan permasalahan tubuh perempuan.
ABSTRACTBorn as women in patriarchal society often creates oppression and restraint, towards their body. This fact takes their authority over their bodies. These bodily experiences expressed through various body modification practices, such as tattoo. In the past, tattoo is related with spirituality and criminality, but now, tattoo has become a urban lifestyle. Based on in-depth interview and observation held in this study with women who have knowledge with gender and woman issues, a tattoo practice means reclaiming their body from patriarchal culture. The meaning is given based on their bodily experiences, such as sexual violence, verbal oppression of ideal body, and restraint from patriarchal family. This meaning come from their bodily experiences which also influenced by their peer group.