ABSTRAKModel pemetaan TASP+T sebagai pengembangan dari model pemetaan TASP
digunakan dan diuji keberlakuannya untuk memetakan potensi perilaku koruptif
dalam pelayanan lalu lindas di kepolisian. Alih-alih menekankan pada proses
identifikasi suatu peristiwa tergolong sebagai korupsi, penelitian ini difokuskan untuk
menunjukkan faktor penyebab internal dan pola-pola dari suatu peristiwa yang
memenuhi unsur sebagai korupsi. Secara khusus, penelitian ini membuktikan asumsi
bahwa setiap peristiwa yang melibatkan perilaku koruptif dapat dipetakan kedalam
lima dimensi pemetaan TASP+T yaitu Type, Activitiy, Sector, Place, dan Time. Hasil
pemetaan perilaku koruptif dalam pelayanan lalu lintas di kepolisian menunjukkan
bahwa perilaku dan potensi perilaku koruptif tertinggi adalah Pungli melalui
pungutan melebihi ketentuan yang dilakukan secara rutin oleh unit pelayanan SIM
yang merupakan revenue earning units di lokasi pelayanan. Tingginya perilaku
koruptif oleh unit-unit yang memberikan pelayanan secara rutin menunjukkan bahwa
pelaku kejahatan cenderung melakukan kejahatan pada wilayah-wilayah yang mereka
kenal dan pahami melalui kegiatannya sehari-hari dan teridentifikasi memberikan
peluang untuk melakukan kejahatan, dan pilihan untuk melakukan perbuatan
menyimpang / kejahatan tidak hanya dipengaruhi oleh situasi yang bersifat seketika,
namun juga pengalaman dan perilaku sehari-hari.
ABSTRACTThe TASP + T mapping model as a development of the TASP mapping model was
used and tested in this study to analyze corruptive events in the INP traffic police
service. Instead of emphasizing to the identification process of an event to be
classified as corruption, this study is focused on indicating the underlying factors and
patterns of an event that meets the elements of corruption. This research finds that
every corruptive events in the INP traffic police service can be mapped into five
dimensions, which are Type, Activity, Sector, Place, and Time. In particular, TASP+T
mapping models shows that the highest possibility of corruptive behavior in the INP
traffic police service is illegal levies over the base fare that occurred routinely by the
driving license service unit within the service location. Higher corruptive events
occurred within the regular based service unit shows that the corrupt officers tend to
committed corrupt conduct within familiar and well understand area and activities,
with any incidental factors or daily experiences as the supporting element.