ABSTRAKPenelitian ini menganalisis respon perusahaan pada industri sepeda motor setelah Permendag No.21/M-DAG/PER/10/2005 terhadap structure, conduct, dan performance : Price Cost Margin sebagai performance, belanja R D serta iklan sebagai conduct, dan rasio konsentrasi sebagai structure terhadap Industri sepeda motor pada periode 2001 - 2014, yang dianalisis berdasarkan tingkat perusahaan. Setelah peraturan Permendag disahkan, justru hal tersebut membuat kompetisi semakin lemah. Hal ini diawali dengan rasio konsentrasi yang lebih tinggi setelah peraturan Permendag dan berkorelasi dengan jumlah keanggotaan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia AISI semakin sedikit dan dibatasi. Hal ini menjadi dugaan bahwa penyalahgunaan keanggotaan terhadap posisi dominan pada pasar industri sepeda motor di Indonesia. Setiap pertemuan keanggotaan asosiasi dapat berpotensi mempermudah dalam membuat koordinasi. Baik langsung maupun tidak langsung, hal tersebut bisa membuat rasio profitabilitas lebih besar. Penelitian ini menggunakan model sistem persamaan simultan, digunakan Two Stage Least Square TSLS untuk estimasi parameter. Data diperoleh dari Statistik Industri Skala Menengah dan Besar baik ISIC 35911 pada periode 2001-2009 dan ISIC 30911 pada periode 2010-2014. Data rasio konsentrasi diperoleh dari AISI yang menggambarkan tingkat persaingan. Hasil empiris menunjukkan bahwa dari analisis model secara simultan ditemukan bahwa Permendag berpengaruh secara tidak langsung terhadap PCM. Permendag pengaruh positif signifikan secara langsung terhadap CR-2 dan kemudian hal ini menjadikan interaksi antara CR-2 dan pertumbuhan demand industri berpengaruh positif terhadap PCM secara signifikan.
ABSTRACTThis research analyzes firms respond in motorcycle industry after Permendag No.21 M DAG PER 10 2005 on structure, conduct, and performance price cost margin as performance, advertising and R D expenditure ratio as conduct, and concentration ratio structure in the motorcycle industry in the 2001 ndash 2014 period, which are distinguished based on firm size. After Permendag regulation, it makes the competition even lower. It begin higher concentration ratio after Permendag regulation and corelate with membership of Indonesia Motorcycle Industry Associaton AISI is getting smaller and smaller. This is a conjecture that membership abuse of dominant market power of motorcycle industry in Indonesia. Any membership in the AISI can make ease of collution and makes some coordination of price and quantitiy production. Both direct and indirect, it can make profitability ratio bigger. This study uses simultaneous equation system model, and the Two Stage Least Square TSLS for the parameter estimation. Data obtained from Medium and Large Scale Industries Statistics both ISIC 35911 in the 2001 2009 period and ISIC 30911in the 2010 2014 period. Data of concentration ratio obtained from AISI and describing level of competition. The empirically result shows that permendag regulation and dummy krisis as exogenous variable can make CR2 grow and have negative impact on motorcycle industry competition. Foreign direct investment as foreign shareholder of the firm have negative impact on conduct of firm because no big five firm have central of R D in Indonesia. On the performance, efficiency have positive impat on price cost margin. The others variables on performance, concentration ratio and growth industry interaction have positif impact on price cost margin. It describe that ease of collution of motorcycle industry in Indonesia can make high performance on price cost margin.