ABSTRAK
LATAR BELAKANGKeberhasilan kehamilan pada pasien yang menjalani stimulasi ovarium dalam program fertilisasi in vitro FIV atau teknologi reproduksi berbantu TRB lainnya sangat bergantung pada banyak faktor. Kualitas embrio dan reseptivitas endometrium merupakan dua faktor yang berperan penting dalam terjadinya implantasi dan kehamilan.1 2 Adanya patologi pada uterus dan dalam rongga uterus diperkirakan dapat mempengaruhi reseptivitas endometrium dan mengurangi angka implantasi dan kehamilan. Temuan patologi miometrium dan rongga uterus terjadi sekitar 50 pada perempuan subfertil.3 Patologi uterus tersering yang ditemukan dalam skrining adalah mioma uteri, polip, sinekia rongga rahim, dan kelainan uterus kongenital. Kelainan-kelainan ini seringkali dianggap memiliki dampak negatif pada luaran program kehamilan, tidak hanya mengurangi kejadian implantasi embrio namun juga dapat berakibat pada abortus spontan. 3 4 Alat diagnostik lini pertama untuk mendeteksi adanya abnormalitas uterus adalah transvaginal sonografi telah terbukti sebagai metode dengan reliabilitas tinggi untuk mendiagnosis abnormalitas uterus. Sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai akurasi penggunaan histeroskopi office sebelum dilakukan fertilisasi in vitro di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran penggunaan histeroskopi office sebelum dilakukan program fertilisasi in vitro FIV . TUJUAN :Mengetahui perbandingan akurasi histeroskopi office dan transvaginal sonograf dalam mengevaluasi rongga rahim sebelum dilakukan program fertilisasi in vitro FIV . METODE : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan jumlah sampel 95 subjek pada Januari 2015 ndash; Juli 2017 di klinik Yasmin Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo RSCM Kencana, Jakarta. Data dikumpulkan secara total sampling dan dilakukan uji akurasi. Penelitan ini sudah lolos kaji etik dan mendapat persetujuan pelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI- RSCM HASIL:Endometritis kronik didapatkan pada subjek 17 subjek penelitian 16.3 dengan pemeriksaan histeroskopi office, dengan nilai sensitivitas 33 , spesifitas 68 , nilai prediksi positif 8.3 dan nilai prediksi negatif 92 . Sedangkan pada pemeriksaan transvaginal sonografi tidak ditemukan adanya subjek dengan endometritis kronik. Selain itu pada pemeriksaan histeroskopi office dideteksi adanya kelainan septum uteri dan sinekia uteri, masing-masing 2 orang 1.9 , sedangkan Transvaginal sonografi tidak mendeteksi adanya kelainan tersebut. Transvaginal sonografi dan histeroskopi office sama-sama memiliki spesifitas tinggi dalam mendeteksi mioma uteri submukosum, namun sensitivitas-nya tidak cukup tinggi untuk digunakan dalam menyingkirkan penyakit menggantikan baku emas. Transvaginal sonografi dan histeroskopi office memiliki nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif yang sama tinggi. Dalam mendiagnosa adanya polip endometrium, Transvaginal sonografi memiliki nilai spesifitas yang signifikan lebih tinggi dari histeroskopi office sehingga baik untuk digunakan. nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif pada transvaginal sonografi dan histeroskopi office memiliki nilai yang rendah. Nilai sensitivitas dan spesifisitas transvaginal sonografi maupun histeroskopi office sangat tinggi dalam mendeteksi hiperplasia endometrium, dengan nilai prediksi positif 100 namun nilai prediksi negatif tidak dapat diketahui. KESIMPULAN: Transvaginal sonografi baik untuk digunakan sebagai alat diagnosa mioma uteri submukosum dan polip endometrium karena nilai spesifisitasnya tinggi, namun tidak dapat digunakan untuk mendeteksi adanya endometritis kronis, septum uteri dan sinekia uteri. Endometritis kronis, septum uteri dan sinekia uteri hanya dapat dideteksi dengan histeroskopi office. Pemeriksaan histeroskopi office dapat menjadi alat diagnosa yang baik pada mioma uteri submukosum dan hiperplasia endometrium oleh karena memiliki nilai spesifitas yang tinggi. Pada kasus dengan hiperplasia endometrium, transvaginal sonografi dan histeroskopi office menunjukkan nilai sensititivitas dan spesifitas yang tinggi >80 . ABSTRACT
Introduction The success of pregnancy in patients undergoing ovarian stimulation in an in vitro fertilization program IVF or other assisted reproductive technology ART is highly dependent on many factors. The quality of embryo and endometrial receptivity are two factors that play an important role in the occurrence of implantation and pregnancy. 1,2 The presence of pathology in the uterus and in the uterine cavity is thought to affect endometrial receptivity and reduce the rate of implantation and pregnancy. The findings of myometrial pathology and uterine cavity occur about 50 in subfertile women. 3 The most common uterine pathology found in screening is uterine myoma, polyps, uterine synechia, and congenital uterine abnormalities. These abnormalities are often thought to have a negative impact on the outcome of the pregnancy program, not only reducing the incidence of embryonic implantation but can also result in spontaneous abortion. 3,4The first line diagnostic tool for detecting uterine abnormalities is transvaginal sonography has been shown to be a high reliability method for diagnosing uterine abnormalities. This far no research has been done on the accuracy of hysteroscopic office use prior to in vitro fertilization in Indonesia. This study aims to evaluate the role of hysteroscopic office use prior to in vitro fertilization program IVF . ObjectiveTo know the comparison of hysteroscopic accuracy of office and transvaginal sonograph in evaluating the uterine cavity prior to in vitro fertilization program FIV . Study design and methodThis research is cross sectional study with total sample 95 subjects in January 2015 July 2017 at clinic Yasmin National General Hospital dr. Cipto Mangunkusumo RSCM Kencana, Jakarta. Data were collected in total sampling and accuracy test was performed. This research has passed the ethical review and got approval of the implementation of the Medical Research Ethics Committee FKUI RSCM. Result Chronic endometritis was obtained in 17 subjects 16.3 with office hysteroscopy, with a sensitivity of 33 , 68 specificity, positive predictive value of 8.3 and a negative predictive value of 92 . While in the transvaginal sonography examination did not find any subject with chronic endometritis. In addition to the hysteroscopic examination of the office was detected the presence of septum uteri and uterine sinekia, each 2 people 1.9 , while Transvaginal sonography did not detect any such abnormalities. Transvaginal sonography and hysteroscopy office have the same high specificity in detecting submucosum uterine myomas, but their sensitivity is not high enough to be used in excluding disease replacing the gold standard. Transvaginal sonography and hysteroscopy office have positive predictive value and the same high negative predictive value. In diagnosing endometrial polyps, Transvaginal sonography has a significantly higher specificity value than hysteroscopic office so it is good to use. Positive predictive value and negative predictive value in transvaginal sonography and hysteroscopy office have low values. The sensitivity and specificity of transvaginal sonography and hysteroscopy office is very high in detecting endometrial hyperplasia, with a positive predictive value of 100 but the negative predictive value can not be known.Conclusion Transvaginal sonography is good for use as a diagnostic uterine uterine submucosum and endometrial polyps because of its high specificity, but can not be used to detect chronic endometritis, uterine septum and uterine synechia. Chronic endometritis, uterine septum and uterine sinecia can only be detected by office hysteroscopy. Hysteroscopic examination of the office can be a good diagnostic tool in submucosum uteri myoma and endometrial hyperplasia because it has a high specificity value. In cases with endometrial hyperplasia, transvaginal sonography and office hysteroscopy show high sensitivity and specificity 80 .