Latar Belakang: Neuropati perifer merupakan salah satu komplikasi neurologis yang banyak ditemui pada pasien HIV. Hal ini dapat disebabkan oleh infeksi HIV tersebut ataupun sebagai akibat efek samping terapi antiretroviral, khususnya stavudin. Manifestasi klinis neuropati sangat beragam, salah satunya ialah adanya keluhan nyeri, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh neuropati perifer terhadap kualitas hidup pasien HIV dalam terapi antiretroviral non-stavudin.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi komparatif potong lintang yang melibatkan pasien HIV di RS Cipto Mangunkusumo pada bulan September 2016 hingga September 2017. Kriteria inklusi subjek ialah pasien HIV dewasa dalam terapi antiretroviral non-stavudin selama minimal 12 bulan yang akan dibagi menjadi dua kelompok, berdasarkan brief peripheral neuropathy screening tool BPNST , yaitu kelompok dengan neuropati perifer dan tanpa neuropati perifer. Penilaian depresi dengan Hamilton depression rating scale HDRS dan evaluasi kualitas hidup dengan short form-36 health survey SF-36 . Kuesioner SF-36 mencakup domain kesehatan fisik dan kesehatan mental dengan rentang skor 0-100. Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik. Data dianalisis dengan SPSS 20.0.
Hasil: Didapatkan subjek sebanyak 29 orang pada kelompok neuropati perifer dan 58 orang pada kelompok tanpa neuropati perifer. Rentang usia subjek ialah 23-59 tahun dengan median kadar sel limfosit T CD4 yang lebih rendah 406 sel/mm3 vs. 540 sel/mm3 dan persentase riwayat terapi isoniazid yang lebih tinggi 62,1 vs. 37,9 pada kelompok neuropati perifer. Karakteristik demografis usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, status pernikahan dan karakteristik klinis jumlah sel limfosit CD4 terakhir tidak mempengaruhi kualitas hidup pada kedua kelompok, baik dengan maupun tanpa neuropati perifer. Tidak didapatkan perbedaan skor SF-36 yang bermakna pada kedua kelompok. Tampak median skor SF-36 yang lebih rendah pada subjek dengan nyeri neuropatik pada ekstremitas bawah skor kesehatan fisik 77,5 vs. 85,31 dan depresi skor kesehatan fisik 80 vs. 94,37 dan skor kesehatan mental 75 vs 89,68 untuk kelompok neuropati, skor kesehatan fisik 78,75 vs. 90,31 dan skor kesehatan mental 70,72 vs 88,75 untuk kelompok tanpa neuropati . Viral load RNA HIV berkorelasi negatif terhadap skor SF-36 pada kelompok dengan neuropati perifer skor kesehatan fisik, rs = -0,376 dan skor kesehatan mental, rs = -0,308.
Kesimpulan: Neuropati perifer tidak mempengaruhi kualitas hidup pasien HIV dalam terapi antiretroviral non-stavudin.Kata Kunci: antiretroviral non-stavudin, HIV, kualitas hidup, neuropati perifer.
Background Peripheral neuropathy is one of the most common neurologic complications in patients with HIV, which is caused by the HIV infection itself or as the side effect of antiretroviral therapy ART , particularly the usage of stavudine. Patients with neuropathy might complain various clinical manifestations, including pain, which could significantly affect patients quality of life. Aim of this study was to evaluate the role of peripheral neuropathy to quality of life of patients with HIV receiving non stavudine antiretroviral therapy.
Materials and Method This was a cross sectional internal comparison study which were done to HIV patients in Cipto Mangunkusumo Hospital during September 2016 to September 2017. Inclusion criteria were HIV adult patients with non stavudine antiretroviral therapy for minimum of 12 months which will be divided into two groups, based on brief peripheral neuropathy screening tool BPNST , as neuropathy group and non neuropathy group. Diagnosis of depression by Hamilton depression rating scale HDRS , and evaluation of quality of life was based on 36 item short form survey SF 36 . The SF 36 assessed physical health PH and mental health MH domain with score ranged from 0 to 100, in which higher score represents better quality of life. Data was analyzed using SPSS 20.0.
Results There were 29 subjects with peripheral neuropathy and 58 subjects without peripheral neuropathy. Age of the subjects was ranging from 23 to 59 years old, with lower median of CD4 lymphocyte count 406 cells mm3 vs. 540 cells mm3 and higher percentages of isoniazid therapy 62.1 vs. 37.9 in neuropathy group. Demographic characteristics age, sex, education level, employment, marital status and clinical characteristic CD4 lymphocyte count was not affecting the quality of life, both in neuropathy group and non neuropathy group. No significant difference was found from SF 36 score in both groups. There were lower SF 36 score median in subjects with neuropathic pain in lower extremities PH score 77.5 vs. 85.31 and depression PH score 80 vs. 94.37 and MH score 75 vs 89.68 in neuropathy group, PH score 78.75 vs. 90.31 and MH score 70.72 vs 88.75 in non neuropathy group. Viral load was negatively correlated with SF 36 score in subjects with peripheral neuropathy PH score, rs 0,376 and MH score, rs 0,308.
Conclusion Peripheral neuropathy did not affect the quality of life of HIV patients receiving non stavudin antiretroviral therapy.