Pendahuluan: Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan penting di dunia. Salah satu manifestasi infeksi TB ekstrapulmoner adalah TB tulang dengan spondilitis TB merupakan kasus terbanyak, hampir 50 % dari jumlah kasus TB tulang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus TB terbanyak keenam di dunia dengan insiden 395 per 100.000 penduduk. Penelitian spondilitis TB anak di Indonesia belum banyak dan studi kualitas hidup belum pernah dilakukan.
Metode: Studi merupakan studi potong lintang. Data diperoleh dari rekam medis pasien spondilitis tahun 2012-2016 yang berumur 0-18 tahun, melalui wawancara, pemeriksaan di poliklinik orthoapedi RSCM dan rumah pasien. Kualitas hidup pasien diukur dengan kuesioner PedsQL.
Hasil: Terdapat 46 subyek penelitian yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Mayoritas pasien masuk dalam kategori remaja (11-18 tahun) 69,6%. Subyek dengan deformitas vertebra sebesar 84,8 % sedangkan 32,6% memiliki defisit neurologis. Bagian vertebra yang paling banyak terinfeksi adalah regio torakal (58,7%). Kualitas hidup subyek penelitian menunjukkan bahwa 43,5% memiliki kategori suboptimal dan yang paling terpengaruh adalah faktor sosial dan sekolah. Secara statistik, tidak ada hubungan bermakna antara aspek klinis dan kualitas hidup subyek penelitian, namun tenaga kesehatan yang pertama kali didatangi berperan penting mempengaruhi kualitas hidup aspek sosial subyek (p 0,046).
Diskusi: Kualitas hidup pasien spondilitis TB anak di RSCM sebagian besar telah optimal meskipun ada beberapa aspek seperti aspek fisik dan sekolah yang sebagian besar belum optimal. Hal tersebut disebabkan karena adanya pajanan penyakit kronis dan deformitas residual yang membuat pasien meninggalkan sekolah dan memiliki keterbatasan fisik.
Background: Tuberculosis (TB) infection is important health problem in the world. Most common manifestations of extrapulmonary TB infection is musculoskeletal TB, with spinal TB nearly 50% of musculoskeletal TB. Indonesia is 6th largest contributors of TB cases in the world, with estimated incidence 395 per 100.000 population. Research on child spinal TB in Indonesia is not widely found, and no study has evaluated the quality of life.Methods: This study was a cross-sectional study. Data was taken from medical records 2012-2016 for children spinal TB patient (0-18 years old), direct interview in orthopaedic outpatient clinic and patient's home. Quality of life was measured using PedsQL questionnaire.Results: There were 46 subjects that matched inclusion and exclusion criterias. Majority of subjects age group of adolescents (11-18) were 69.6%. Subjects present with vertebral deformity were 84.8% and neurologic deficits in 32.6% subjects. Most commonly affected spine is thoracic region (58.7%). Quality of life evaluation shown 43.5% subjects had suboptimal quality of life, with physical and school aspects most affected. No significant relation between clinical aspects and quality of life but the first visited health workers had significant relation with social aspect quality of life (p 0,046).Discussions: Quality of life of children with TB spondylitis in RSCM mostly achieves optimal result, although physical and school aspect are suboptimal. It maybe due to chronic disease factors that cause patients frequently leave school for treatment and also residual deformities that cause patients have physical limitations.