Penelitian ini membahas tentang wacana suluk pedalangan dalam bahasa jawa bedasarkan bentuk dan fungsinya berkaitan dengan nyanyian (tembang) yang dinyanyikan oleh dalang ketika akan memulai suatu adegan (babak) dalam pertunjukan wayang yang dilakukan semalem suntuk. Berdasarkan suasana dan sifat lagu lagu, suluk pedalangan dikelompokan menjadi tiga bagian, yakni pathetan, sedon, dan ada-ada. Pementasan wayang kulit yang berlangsung semalam suntuk diiringi suluk-suluk tertentu yang dibagi menjadi tiga periode, yakni pathet nem, pathet sanga, dan pathet manyura. Dalam pementasan wayang yang berlangsung semalem suntuk terdapat beberapa suluk yang ditembagkan oleh dalang, khusus pada waktu-waktu tertentu. beberapa jenis suluk pedalangan itu antara lain; Suluk abimanyu, Suluk irim-irim, suluk jingkik, suluk plecung, dan suluk tlutur. Suluk pedalangan yang berlangsung semalem suntuk berfungsi untuk mebangun suasana bermacam-macam diantara lain dalam suasana; susah, gembira, kecewa, geram, kendur atau melemah, dan sebagainya. Suluk pedalangan yang berbentuk nyanyian (tembang) atau syair mengandung pesan tentang keluhuran budi pekerti. Sifat-sifat lihur itu seperti dambaan manusia seperti sifat kesatria, setia pada negara, kebajikan, sampai hal-hal yang mengatur hubungan antara manusia dan pencipta-Nya.