ABSTRAKMengonsumsi barang demi kebutuhan hidup merupakan hal yang wajar. Namun mengonsumsi yang melewati batas sampai pada tahap pemborosan mesti dihindari. Dilema akan kebutuhan manusia dewasa ini menghadirkan fenomena baru dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup. Fenomena ini tidak lain adalah -dikenal luas oleh masyarakat- konsumerisme. Prosesnya ialah menggunakan barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Lantas, fenomena ini (konsumerisme) terus menerus menjadi salah satu tema sentral dalam era globalisasi ini. Sayangnya, kedashyatan pengaruh ideologi ini melengserkan nilai-nilai fundamental yang ada di dalam setiap individu. Konsumerisme mengilangkan kebermaknaan esensi dasariah yang ada dalam diri manusia. Manusia yang seharusnya ingat akan hakikat dirinya sebagai mahkluk sosial yang selalu terkoneksi satu dengan yang lain dalam kosmos, kini perlahan-lahan kehilangan makna itu. Dengan adanya pola pikir dan pola hidup konsumtif manusia seakan dipenjara dan teralienasi. Kualitas hidup bukan lagi diukur berdasar nilai kebermaknaannya untuk sesama dan alam sekitar namun diukur berdasar materi. Konsekuensi ini menjadi krisis fundamental yakni degradasi manusia yang hakiki.