Pada tahun 1990-an sekitar dua pertiga dari emisi CO2 berasal dari negara-negara maju, namun emisi CO2 berasal dari negara berkembang seperti Indonesia yang merupakan negara nomor enam penghasil emisi terbesar di dunia. Kota Jakarta yang menjadi pusat kegiatan membuat kota Jakarta memiliki penduduk yang semakin banyak dan jumlah kendaraan yang meningkat. Kegiatan manusia salah satunya dalam dapat menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah yang besar namun juga dapat menyerapnya kembali dengan adanya keberadaan RTH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan sebaran ruang terbuka hijau serta hubungannya dengan daya serap emisi karbon dioksida dan emisi karbon dioksida sisa. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan menetapkan titik sampel emisi di sepuluh kecamatan di Jakarta Selatan dan verifikasi nilai indeks vegetasi. Sebaran ruang terbuka hijau di tiap kecamatan di Jakarta Selatan menggunakan indeks fragmentasi. Variabel daya serap didapatkan dari luas tajuk vegetasi yang didapatkan dari Indeks Vegetasi yaitu LAI Leaf Area Index.
Emisi transportasi didapat dengan mengkonversi jumlah kendaraan dengan persamaan dan emisi dari pernapasan manusia didapatkan dari data jumlah penduduk. Variabel emisi sisa didapatkan dari total emisi dikurang oleh daya serap. Kemudian variabel sebaran ruang terbuka hijau dengan daya serap emisi karbon dioksida dan emisi karbon dioksida sisa dilakukan analisis korelasi menggunakan metode spearman rank untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antar variabel.
Hasil dari penelitian ini yaitu adanya hubungan sebaran ruang terbuka hijau yang cenderung mengumpul dengan daya serap emisi karbon dioksida secara signifikan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.79 tetapi antara sebaran ruang terbuka hijau dan daya serap emisi karbon dioksda dengan emisi karbon dioksida sisa tidak memiliki hubungan yang signifikan dan memiliki hubungan yang negative yang berarti semakin mengumpul ruang terbuka hijau, maka semakin besar daya serap emisi karbon dioksida dan semakin sedikit emisi karbon dioksida sisa.
In the 1990s about two thirds of CO2 emissions came from developed countries, but CO2 emissions come from developing countries like Indonesia, which is the world 39 s sixth largest emitters. The city of Jakarta which became the center of activity makes the city of Jakarta has a growing population and the number of vehicles increased. Human activities are one of them in producing large amounts of carbon dioxide but can also reabsorb it in the presence of green space. This study aims to determine the relationship of green open space distribution as well as its relationship with the absorption of carbon dioxide emissions and residual carbon dioxide emissions. The method used for sampling is purposive sampling by setting emission sample point in ten sub districts in South Jakarta and verification of vegetation index value. Distribution of green open spaces in each sub district in South Jakarta using fragmentation index. The absorption variable is obtained from the vegetation canopy area obtained from Vegetation Index that is LAI Leaf Area Index. Transport emissions are obtained by converting the number of vehicles with equations and emissions from human respiration obtained from population data. The residual emission variables obtained from total emissions are reduced by absorption. Then the variables of green open space distribution with the absorption of carbon dioxide emission and residual carbon dioxide emission are done by correlation analysis using spearman rank method to know whether or not the relationship between variables. The result of this study is the relationship of green open spaces that tend to accumulate with the absorption of carbon dioxide emissions significantly with the value of correlation coefficient of 0.79 but between the green open space distribution and absorption capacity of carbon dioxide emissions with residual carbon dioxide emissions have no significant relationship and have a negative relationship which means getting the green open space, the greater the absorption capacity of carbon dioxide emissions and the less carbon dioxide emissions remaining.