Pendahuluan: Total Hip Replacement (THR) merupakan prosedur pembedahan tersering pada ekstremitas bawah. Kemajuan teknik operasi dan semakin canggihnya instrumen bedah meluaskan indikasi THR primer pada pasien yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan dan memiliki angka komplikasi tinggi pasca operasi. Prosedur ini disebut THR primer sulit yang dilakukan pada kelompok pasien dengan kelainan panggul kompleks seperti defek tulang panggul, fusi panggul atau kontraktur jaringan lunak.
Metode: 81 prosedur THR primer yang dikerjakan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo antara Januari 2012-Juni 2017. Kelompok THR primer sulit terdiri dari 29 pasien dan 52 pasien lainnya merupakan kelompok sederhana. Parameter intraoperatif seperti jumlah perdarahan, durasi operasi, ketepatan penempatan komponen, tingkat komplikasi dan luaran fungsional pasca operasi (Harris Hip Score) pada akhir follow up dicatat dan dilakukan analisis dengan membandingkan kedua kelompok tersebut.
Hasil: Kelompok sulit memiliki jumlah perdarahan (p=<0.001), durasi operasi (p=<0.001) tingkat komplikasi (p=<0.012) lebih besar dibanding kelompok sederhana. Luaran radiologis berupa ketepatan penempatan orientasi komponen pada zona aman tidak memiliki perbedaan antar kedua kelompok (p=0.333). Luaran fungsional pada follow up akhir kelompok sulit (88.67) tidak memiliki perbedaan bermakna (p=0.080) dibandingkan kelompok sederhana (91.50).
Pembahasan: Prosedur THR primer sulit yang dikerjakan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo walau memiliki parameter kesulitan dan tingkat komplikasi lebih besar tidak memiliki perbedaan luaran radiologis maupun fungsional dibandingkan THR primer sederhana. Perlu dilakukan identifikasi setiap prosedur THR primer apakah ada, jenis dan tingkat penyulit yang akan dihadapi saat intraoperasi untuk dilakukan perencanaan operasi yang baik sehingga didapatkan hasil luaran yang maksimal.
Introduction: Total hip replacement (THR) is the most common surgery in lower extremities. Improvement in surgical technique and advancement of surgical instrumentation extended the indications for primary THR in previously impossible to treat. This procedure is known as primary difficult THR which performed in patients with complex hip disorders including hip bone defect, hip fusion, or soft tissue contracture.
Methods: 81 primary THR procedures were performed in Cipto Mangunkusumo National Hospital from January 2012 until June 2017. Primary difficult THR group consisted of 29 patients and 52 patients in simple group. Intraoperative parameters including bleeding volume, operation time, complication rate, radiological outcome and functional outcome (Harris Hip Score) were recorded at the end of follow up and analyzed.
Result: Difficult group had bleeding volume (p=<0.001), operation time (p=<0.001), complication rate (p=<0.012), higher than simple group. Radiological outcome is measured by accuracy of component orientation placement in the safe zone resulted no significant difference between two groups (p=0,333). Functional outcome at the end of follow up in difficult group (88.67) did not have significant difference (p=0.080) with simple group (91.50).
Discussion: Primary difficult THR procedure performed in Cipto Mangunkusumo National Hospital although have higher difficulty parameters and complication rates, didn't have significant difference in radiologic and functional outcome compared to simple group. It was necessary to identify each primary THR procedures whether there were any, types and levels of difficulties that would be faced intraoperatively in order to improve preoperative planning so the outcome would be optimal.