Multidiscipline care is defined as a care consisting of at least a physician, a nurse, and other healthcare worker (eg. dietician). Multidiscipline care has generated benefits, both in medical aspects (eg. increasing patients compliance) and nonmedical aspects (eg. more cost-effective than conventional treatment). There are several models of multidiscpline care; however, which model is more suitable for type 2 diabetes care is not clear yet. In this review, we aimed to identify and compare multidiscipline care method for reducing glycated hemoglobin ( HbA1C) levels in type 2 diabetes patients, particularly Asian patients because they have greater tendency to develop type 2 diabetes at lower degrees of obesity and at younger ages than Caucasian ethnic group. There were limited number of studies examining multidiscipline care for type 2 diabetes patients, moreover for Asian patients. They showed mixed results on the efficacy of multidiscipline care in achieving HbA1C target. Healthcare personnel visit, either personal or group session, appeared effective both for general and Asian T2DM patients. It needs further studies to clarify which models are most effective for practices of varying cultures, socio-economic condition, and healthcare settings.
Tatalaksana multidisiplin didefinisikan sebagai tatalaksana yang melibatkan setidaknya satu dokter, satu perawat, dan petugas kesehatan lainnya (contohnya dietisien). Tatalaksana multidisiplin dapat memberikan keuntungan, baik dalam aspek medis (misalnya meningkatkan kepatuhan berobat pasien) dan non-medis (misalnya meningkatkan efektivitas biaya dibandingkan tatalaksana konservatif). Terdapat beberapa model tatalaksana multidisiplin; namun demikian, model yang paling cocok untuk tatalaksana diabetes mellitus tipe 2 belum jelas. Dalam kajian ini, penulis bertujuan mengidentifikasi dan membandingkan berbagai jenis tatalaksana multidisiplin dalam menurunkan kadar hemoglobin glikosilasi (HbA1C) pada pasien diabetes mellitus tipe 2, terutama pasien ras Asia, karena golongan ini memiliki kecenderungan untuk mengidap diabetes mellitus tipe 2 pada derajat obesitas yang lebih rendah dan usia yang lebih muda dibandingkan kelompok ras Kaukasia. Penelitian mengenai tatalaksana multidisiplin pada pasien diabetes mellitus tipe 2 masih terbatas, terlebih untuk pasien ras Asia. Studi-studi tersebut menunjukkan hasil yang bervariasi mengenai efektivitas tatalaksana multidisiplin untuk mencapai target HbA1C. Kunjungan tenaga medis, baik dalam sesi perorangan ataupun kelompok, tampak efektif pada populasi pasien diabetes mellitus tipe 2 secara umum dan pada ras Asia. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk mengetahui model tatalaksana multidisiplin mana yang paling cocok untuk pasien di wilayah tertentu dengan kebudayaan, kondisi sosial ekonomi dan fasilitas kesehatan yang beragam