ABSTRAKPenelitian ini meneliti tentang kontribusi religiusitas dan ketahanan terhadap pengaruh teman sebaya dalam memprediksi kencenderungan delinkuensi pada santri yang tinggal di pesantren X di Bekasi, Indonesia. Penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu kuantitatif dan kualitatif untuk mengumpulkan data. Sebanyak 143 orang santri berpartisipasi dalam penelitian, dengan rincian 72 orang perempuan dan 71 orang laki-laki, dengan rentang usia 12 sampai 18 tahun. Penelitian ini menggunakan tiga alat ukur yaitu: 1) Centrality of Religiosity Scale, (2) Resistance to Peer Influence Questionaire dan 3) Self-Report Delinquency Scale. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas dan ketahanan terhadap pengaruh teman sebaya memiliki kontribusi sebesar 12,8% dalam memprediksi delinkuensi. Bentuk delinkuensi yang paling sering terjadi di pesantren yaitu pelanggaran status. Berdasarkan wawancara, delinkuensi di pesantren X muncul karena kurangnya pengawasan dari guru dan sanksi yang diberikan tidak konsisten dan bentuk sanksi kurang mampu mengatasi perilaku delinkuen pada santri
ABSTRACTThis study is interested in examining the contribution of religiosity and resistance to peer influence in predicting delinquency tendency among adolescents who live in pesantren X as a traditional islamic school in Bekasi, Indonesia. This study used mixed design method (quantitative and qualitative) in order to obtain the data. There are a total of 143 students participate in this study, which consist of 72 females and 71 males, between the ages of 12 to 18. Three measures are used to gather information: 1) Centrality of Religiosity Scale, (2) Resistance to Peer Influence Questionaire and 3) Self-Report Delinquency Scale. The results showed that there is a contribution of religiosity and resistance to peer influence contribute 12.8% in predicting delinquent behaviour in adolescent students who live in pesantren. The results revealed that most of the students who live in pesantren engage in the offense behaviour. Further, interview with the students revealed that lack of supervision and inconsistency of consequences from teacher and/or caregivers in Pesantren are the caused of delinquency in this population.