ABSTRAKLatar Belakang : Sistem rujukan yang efektif memastikan adanya hubungan yang
erat antara fasilitas kesehatan di berbagai tingkat pelayanan kesehatan, baik horisontal
maupun vertikal, dan memastikan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan
terbaik yang terdekat dengan pasien saat keadaan gawatdarurat. Hal ini akan
meningkatkan efektifitas dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di pelayanan
kesehatan primer dan di Rumah Sakit. Sistem rujukan akan menghasilkan luaran yang
baik apabila infrastruktur (input) dan proses pelaksanaannya baik. Dengan
diberlakukannya Program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial oleh pemerintah yang berlaku di seluruh wilayah
Indonesia, berimplikasi terhadap pelayanan kesehatan yang ada terutama di RSCM.
Penelitian ini ingin melihat bagaimana sistem rujukan maternal berlangsung dan apakah
sistem rujukan ini sudah dilaksanakan dengan tepat sesuai ketentuan yang berlaku.
Tujuan : Mengetahui gambaran kasus rujukan obstetri di IGD RSCM dan ketepatan
pelaksanaan rujukan.
Metode : Penelitian deskriptif ini menggunakan desain studi potong lintang di IGD RS
dr. Cipto Mangunkusumo. Ketepatan pelaksanaan rujukan kasus obstetri berdasarkan
Kriteria gawatdarurat bagian kebidanan menurut ketentuan BPJS Kesehatan. Data
rujukan yang memenuhi kriteria inklusi dicatat dan dilakukan penghitungan statistik.
Hasil : Dari pengumpulan data Januari 2013 hingga Desember 2014 di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo didapati 5804 kasus rujukan kebidanan dan terdapat 5223 kasus yang
memenuhi kriteria inklusi. Perujuk terbanyak adalah puskesmas(FKTP) pada tahun
2013 sebanyak 46,3% dan pada tahun 2014 sebanyak 52,1%. Jumlah kasus dengan
diagnosis yang tidak sesuai 10,8% pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 sebanyak
21,2%. Kasus dengan diagnosis yang tidak tepat rujuk 9,3% pada tahun 2013, 16,8%
pada tahun 2014. Jumlah kasus rujukan bukan gawatdarurat 6,1% pada tahun 2013, dan
6,9% pada tahun 2014.
Kesimpulan : Jumlah kasus rujukan yang terjadi di Jakarta, khususnya RSCM sebagai
RS tersier masih tinggi. Pelaksanaan rujukan belum efisien dan efektif, jumlah rujukan
obstetri ke IGD RSCM yang sebenarnya dapat ditangani di FKTL sekunder setelah
penerapan JKN masih tinggi. Dibutuhkan monitoring dan evaluasi oleh Dinas
Kesehatan setempat untuk meningkatkan kualitas sistem rujukan yang berlaku di era
JKN yang baru diterapkan.