Dewasa ini, manusia selalu dihadapkan pada kompleksitas situasi dunia yang akut. Situasi ini tidak lain adalah krisis lingkungan hidup yang makin buruk. Situasi darurat ini tidak terlepas dari ego antroposentris yang makin diagungkan. Anggapan yang menghilangkan nilai intrinsik pada ekosistem lain dan cara hidup yang salah membawa renggangnya relasi antara manusia dengan realitas di sekitarnya. Konteks Interdepedensi antara seluruh eksosistem mengalami degradasi loantaran sikap hidup yang keliru dari manusia. Hilangnya relasi itu membawa aneka ragam kerusakan lingkungan yang simpulnya kehancuran eksistensi manusia sendiri. kemiskinan, kelaparan, perang, pemanasan global, banjir dan kekeringan merupakan segelintir fenomena kritis alam. Atas fenomena-fenomena alam yang makin darurat ini, tesis ini ditulis sebagai refleksi kritis bagi manusia untuk kembgali menelaah hakikatnya sebagai makhluk religius, sosial, dan ekologis serta mengajukan tindak lanjut nyata yang mesti dilakukan untuk merekonstruksi kembali relasi (rekonsiliasi) dengan alam, dengan lingkungan di sekitarnya dan terutama rekonsiliasi dengan hidupnya sendiri melalui metanoia ekologis dan gaya hidup baru.