Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi faktor-faktor yang menjadi penentu niat untuk mengonsumsi makanan khas Sumatera Utara. Peneliti menggunakan pendekatan
theory of planned behavior sebagai dasar penelitian yang dimodifikasi dengan mengikutsertakan faktor ciri-ciri kepribadian terkait makanan yaitu
food neophobia dan
food involvement. Dalam penelitian ini,
food neophobia dimasukkan untuk menilai efek moderasi pada setiap hubungan pada model, kecuali pada
food involvement. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner daring kepada Warga Negara Indonesia yang bukan merupakan penduduk asli Sumatera Utara. Diperoleh sebanyak 1.319 responden yang masuk ke dalam kriteria pada penelitian ini dan kemudian dilanjutkan ke tahap analisis data. Untuk menganalisa hubungan antar variabel, digunakan metode
partial least square-structural equation modeling (PLS-SEM) dengan alat analisis SmartPLS 3.0. Ditemukan bahwa
attitude, subjective norm, perceived behavioral control, dan food involvement secara signifikan dan positif memengaruhi niat untuk mengonsumsi makanan khas Sumatera Utara. Sedangkan efek moderasi dari
food neophobia hanya ditemukan pada hubungan antara
perceived behavioral control terhadap niat untuk mengonsumsi makanan khas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan tambahan bagi pebisnis kuliner terutama yang menyediakan hidangan khas daerah Sumatera Utara, Pemerintah Daerah, dan juga Kementerian Pariwisata agar dapat menentukan strategi yang tepat sehingga meningkatkan minat konsumen Indonesia untuk mengonsumsi makanan khas Sumatera Utara.
The purpose of this study is to predict the factors that determine intention to consume Sumatera Utara food. The researcher used the theory of planned behavior approach as the basis method and modified research by including food-related personality traits, food neophobia and food involvement. In this study, food neophobia was included to assess the moderating effects of each relationship in the model, except for food involvement. Data collection is carried out quantitatively by distributing online questionnaires to Indonesian citizens who are not Sumatera Utara people. There were 1,319 respondents who matched the criteria in this study and then proceeded to the data analysis stage. To analyze the relationship between variables, the partial least square-structural equation modeling (PLS-SEM) method is used with the SmartPLS 3.0 analysis tool. It was found that attitude, subjective norms, perceived behavioral control, and food involvement significantly and positively influenced the intention to consume Sumatera Utara food. While the moderating effect of food neophobia was only found in the relationship between perceived behavioral control and the intention to consume Sumatera Utara food. The results of this study can be used as additional insights for culinary businesses (especially those that provide Sumatera Utara food), Regional Government, and the Ministry of Tourism in order to determine the right strategy to increase the intention of Indonesian consumers to consume Sumatera Utara food.