ABSTRAKJakarta merupakan ibukota Indonesia dengan penduduk yang sangat padat, kurang lebih
empat juta dari sembilan juta diantaranya di Jakarta menempuh perjalanan ke dan dari
kota setiap hari kerja maupun hari libur. MRT dapat menjadi solusi alternatif
transportasi bagi masyarakat yang juga ramah lingkungan. Kehidupan dan aktivitas
ekonomi sebuah kota tergantung dari seberapa mudah warga kota melakukan perjalanan
atau mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukannya ke berbagai tujuan
dalam kota. Kota Jakarta yang memiliki kepadatan lalu lintas akan sangat terlihat
dampaknya saat MRT sudah berjalan dengan efektif. Adanya perubahan sikap dan
mental masyarakat dalam menggunakan MRT akan sangat terlihat, terutama perubahan
ketika individu mengalami perbedaan pola perilaku tertentu yang dikombinasikan
dengan objek tertentu dalam batasan ruang dan waktu tertentu. Yang dimana dalam hal
ini, penerapan arsitektur perilaku yaitu behavior setting dapat menjadi suatu teori yang
dapat di dalami sebagai suatu lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia,
sehubungan dengan pengertian di atas maka teori tersebut membahas tentang hubungan
antara tingkah laku manusia dengan lingkungannya khususnya dalam ruang arsitektur
kota. Sehingga adanya MRT yang merupakan terobosan dalam transportasi umum akan
sangat memberikan dampak dalam behavior setting manusia dengan lingkungannya.
Dengan demikian, melalui teori tersebut akan terlihat kesesuaian antara behavior setting
yang terbentuk dengan fungsi ruang di Stasiun MRT Blok M Jakarta.