Warga Kampung Pulo yang tergusur telah direlokasi ke Rusunawa Jatinegara Barat yang berseberangan dengan Sungai Ciliwung dan berhadapan langsung dengan Kampung Pulo. Rusunawa dibangun di atas lahan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan dana APBN. Terdiri dari dua tower, 16 lantai dan 520 unit tinggal. Rusunawa Jatinegara Barat memiliki fasilitas berupa lobi, posko kesehatan, PAUD, Pusat Jajanan Serba Ada (Pujasera), lift dan musholla. Meskipun memiliki banyak fasilitas, masih banyak warga yang tidak nyaman tinggal di rusun tersebut karena dikenakannya uang sewa perbulan serta kecil nya unit tinggal yang mereka tempati, sehingga terganggunya aktivitas warga yang tinggal. Pemerintah membangun Rusunawa Jatinegara Barat dengan ketentuan empat anggota keluarga (2 orang tua dan 2 anak) untuk setiap unit tinggalnya, namun banyak anggota keluarga yang tinggal dengan jumlah anggota melebihi ketentuan tersebut, ditambah mereka juga menjadikan unit tinggal mereka sebagai tempat usaha
Home-based enterprises, sehingga unit tingal mejadi sangat sesak. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menelaah strategi warga pelaku HBE Home-based enterprises) dalam menciptakan lingkungan yang nyaman bagi mereka tinggal maupun berkerja. Sehingga hasil penulisan dapat menjelaskan bagaimana anggota keluarga pelaku HBE (Home-based enterprises) menciptakan intervensi di dalam unit tinggal untuk menciptakan kenyamanan bagi mereka.
The displaced residents of Kampung Pulo have been relocated to West Jatinegara Rented Flats, located next to the Ciliwung River and directly facing Kampung Pulo. The Flats built on the DKI Jakarta Provincial Government land with APBN funds. Consisted of two towers, 16 floors and 520 units. West Jatinegara Rented Flats also provides facilities such as lobbies, health posts, PAUD, Food Centers, elevators and prayer rooms. Even though, there are still many residents who are not comfortable living in the Flat because they must pay the monthly rate and small living units that they occupy, thus disrupting the activities of family members who live. The government was built the Flats with a standard for four family members (2 parents and 2 children) for each residential unit, but many family members who live with members are more than the standard set, plus they also make their unit as residence business (Home-based enterprises). Before being moved to the Flats, most of the residents of Kampung Pulo worked as traders in their homes. So the results of this writing is explanations how family members of HBE (Home-based enterprises) actors create interventions within the living unit to create their own comfort.