Di Indonesia, kanker serviks adalah kanker kedua paling sering yang ditemukan pada perempuan. Sebagai upaya pencegahan primer, Kementerian Kesehatan telah mengintroduksi imunisasi HPV dalam Program Demonstrasi imunisasi HPV bagi siswi perempuan kelas 5 dan 6 SD di Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2016. Studi ini adalah kohort retrospektif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran KIPI vaksin HPV kuadrivalen beserta pengaruh faktor-faktor independen terhadap timbulnya KIPI dan model prediksi dengan menggunakan metode analisis survival. Total 500 laporan surveilans aktif KIPI yang didapat pada tahun 2017 dan dianalisis dengan SPSS. KIPI vaksin HPV kuadrivalen yang terjadi dalam program BIAS HPV di provinsi DKI Jakarta tahun 2017 adalah reaksi nyeri lokal di tempat suntikan (59,6%), bengkak (17,2%), kemerahan (40,8%) dan demam (1,6%). Tidak ditemukan KIPI serius. Variabel independen yang signifikan adalah nomor batch vaksin dan riwayat imunisasi lain dalam waktu 4 minggu sebelum imunisasi HPV. Semua KIPI bersifat ringan dan sembuh sendiri tanpa intervensi. Dapat disimpulkan bahwa vaksin HPV kuadrivalen memiliki gambaran keamanan yang baik. Keputusan untuk melanjutkan dan memasukkan vaksin HPV ke dalam program imunisasi nasional harus didukung oleh analisis lebih lanjut seperti aspek biaya, cost-effective analysis, ketersediaan vaksin, tingkat penerimaan vaksin serta aspek kapasitas dan manajemen cold chain.
In Indonesia, cervical cancer is the second most common cancer found in women. As a primary prevention effort, the Ministry of Health has introduced HPV immunization in the HPV immunization demonstration program for female students of 5th and 6th grade in the DKI Jakarta Province since 2016. This is a cohort retrospective study with quantitative approach which aims to describe the safety profile of the quadrivalent HPV vaccine along with the influence of independent factors and make a prediction model using the survival analysis method. A total of 500 active AEFI surveillance reports were obtained in 2017 and analyzed retrospectively. The AEFI of HPV vaccine that occurs in the school-based HPV immunization program in DKI Jakarta province in 2017 are local pain reaction at the injection site (59.6%), swelling (17.2%), redness (40.8%) and fever (1.6 %). There is no serious AEFI found in this study. All AEFI are mild and self limited without any intervention. Significant independent variables are vaccine batch numbers and other immunization histories within 4 weeks before HPV immunizations. In conclusion, HPV immunization has a good safety profile. However, the decision to continue and incorporate the HPV vaccine into national immunization programs must be supported by further comprehensive analysis such as cost, cost-effective analysis, vaccine availability, vaccine acceptance rates, cold chain capacity and management.