Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri bagaimana santri perempuan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, Cirebon membentuk identitas mereka melalui pengalaman mereka dalam tumbuh sebagai anak perempuan. Sejumlah pengalaman pribadi ini dianalisis mealui konstruksi narasi yang mencakup narasi sosial, komunal, dan personal. Dengan menggunakan konsep identitas naratif oleh McAdams dan McLean, temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman para santri perempuan dalam tumbuh sebagai anak perempuan dimaknai dengan cara yang berbeda-beda meskipun mereka tinggal dalam satu institusi pendidikan yang sama. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengalaman tersebut bergantung pada narasi-narasi yang ada dan terbentuk di sekitar mereka. Dalam proses ini, agensi kritis dan berbasis agama (pious critical agency) yang diajarkan dan secara intens digaungkan oleh pemimpin di pesantren tersebut secara khusus memainkan peran penting dalam merekonstruksi pandangan para santri perempuan ini dalam mengejawantahkan bagaimana menjadi seorang perempuan muslim yang ‘ideal’.
This research aims to explore how female students of Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy, Cirebon form their identity through their girlhood experiences. These experiences are analyzed through the construction narratives, ranging from social, communal, and personal narratives. By using the concepts of narrative identity from McAdams and McLean, the research suggests that the girlhood narratives differ on each individual student despite the fact that they are in the same educational institution. The research also finds that their narratives of girlhood are drawn heavily from the many prevailing narratives they encounter in life. In this process, mainly, the pious critical agency offered by the pesantren and actively promoted by its leader seems to play a crucial role in re-constructing their understanding of what being and becoming an ‘ideal' Muslim woman is.