Sejak masa pascaokupansi Amerika Serikat, perjodohan di Jepang telah mengalami proses globalisasi. Omiai, salah satu cara pencarian jodoh yang telah populer dari zaman Edo, juga berubah menjadi lebih modern akibat proses globalisasi tersebut. Meskipun begitu, menurut statistik dari Lembaga Penelitian Kependudukan dan Jaminan Sosial Nasional Jepang, jumlah peminat omiai tetap mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Maka dari itu, penelitian ini akan membahas penyebab dari penurunan jumlah peminat omiai. Penelitian ini juga akan memaparkan proses globalisasi yang terjadi dalam pencarian jodoh di Jepang serta bentuk pencarian jodoh yang lebih ideal bagi kebanyakan orang Jepang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa globalisasi membuat cara-cara penjarian jodoh yang lain seperti kegiatan konkatsu dan dating app muncul dan berkembang di Jepang. Cara-cara tersebut menjadi lebih ideal bagi kebanyakan orang Jepang karena adanya sifat individualisme yang lebih kuat dalam masyarakat Jepang kini.
Since the postoccupation era of the US, matchmaking in Japan has undergone a process of globalization. Omiai, one of the ways to find a mate that has been popular since the Edo period, has also changed to become more modern due to the process of globalization. Even so, according to statistics from the National Population and Social Security Research Institute Japan, the number of interested people continues to decline from year to year. Therefore, this study will discuss the causes of the decline of people interested in omiai. This research will also explain the process of globalization that occurred in Japans matchmaking culture and the form of matchmaking that is more ideal for most Japanese people. The results of this study show that globalization makes other way of matchmaking such as konkatsu activities and dating apps exist and develop in Japan. These methods have become more ideal for most Japanese because of the stronger nature of individualism in Japanese society today.