ABSTRAKStunting adalah kondisi terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak yang merupakan dampak dari asupan anak yang tidak adekuat secara kronik, riwayat penyakit infeksi berulang atau keduanya sebagai hasil dari pola asuh anak yang tidak optimal. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Penelitian ini menggunakan data primer dengan total jumlah sampel 231 anak yang diambil dengan teknik multistage random sampling dari 13 posyandu pada 6 kelurahan dari 3 kecamatan terpilih di Jakarta Pusat tahun 2019. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran panjang badan anak dan melakukan wawancara dengan responden yang dilakukan oleh enumerator yang telah terlatih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Jakarta Pusat pada anak usia 6-23 bulan adalah 26%, sedangkan proporsi MAD hanya 31,6% dari total anak. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menemukan bahwa faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Pusat adalah riwayat PBLR (OR=2,176; 95% CI 1,155-4,098) dan tingkat pendapatan keluarga (OR= 0,388; 95% CI 0,201-0,749). Hasil analisis multivariat dengan analisis regresi logistik ganda menemukan bahwa capaian MAD merupakan faktor dominan dari kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Pusat tahun 2019 setelah dikontrol oleh variabel (capaian MDD, capaian MMF, riwayat PBLR dan tingkat pendapatan keluarga) (OR= 3,29; 95% CI 1,171-9,241). Berdasarkan hasil penelitian, saran untuk Pihak Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat adalah perlu dilakukan intervensi rutin terkait PMBA, monitoring dan evaluasi program TTD pada bumil dan remaja putri untuk menurunkan prevalensi PBLR yang merupakan salah satu faktor risiko stunting di kehidupan selanjutnya, memperbanyak distribusi infantometer pada posyandu dan pelatihan kader terkait pengukuran panjang badan anak sesuai prosedur disertai pemantauan rutin status gizi PB/U anak 3-4 bulan sekali. Dikarenakan peran praktik pemberian makanan pada anak yang penting, kami menyarankan penelitian yang sejenis dengan skala yang lebih besar (jumlah sampel dan cakupan wilayah penelitian) untuk mencari tahu penyebab tidak tercapainya MAD.
ABSTRACTStunting is a condition of retardation growth and development of children as the result of chronis inadequate childrens intake, recurrent infectious disease or both as the results of non-optimal child care. This research used cross-sectional study to determine the factors related with stunting occurence among children aged 6-23. This research used primary data of 231 children taken with a multistage random sampling technique from 13 Posyandu on 6 administrative villages of 3 sub-districts of Central Jakarta region in 2019. Data collection was done by measuring childrens length and interviews with respondents conducted by trained data collector. The results showed that the prevalence of stunting was 26%, while the MAD was only reached by 31,6% of children. The Chi-Square analysis refealed that short birth length (OR=2,176; 95% CI 1,155-4,098) and family income level have a significant association with stunting (OR= 0,388; 95% CI 0,201-0,749). Binomial regression shows that fulfillment of minimum acceptable diet as the dominant factor of stunting occurence among children aged 6-23 months in Central Jakarta region in 2019 after controlled by other variables (fulfillment of minimum dietary diversity, fulfillment of minimum meal frequency, short birth length and family income level) (OR= 3,29; 95% CI 1,171-9,241). Based on this research, the recommendations for Suku Dinas Kesehatan in Central Jakarta are to conduct a routine intervention on child feeding, monitor and evaluate TTD program in pregnants and girl adolescents to reduce the short birth length prevalence which is also a risk factor for stunting in later age, increase infantometer distribution to Posyandu, plan a training for kader Posyandu about measuring childrens lenght according to the procedure and monitor nutritional status of children regularly (once every 3-4 months). Because the role of complementary feeding is important, we recommend that to further conduct similar research on a larger scale (both in number of samples and research location) to find the reasons for unfilfulled MAD.