Jepang dikenal dengan negara yang homogen. Meski sebenarnya, Jepang memiliki beragam etnis yang berbeda.
Haafu, merupakan istilah bagi anak yang memiliki dua etnis. Anak yang memiliki dua ras yang berbeda yang didapat dari kedua orang tuanya. Penampilan
haafu yang berbeda menjadi daya tarik tersendiri dan mulai menghiasi dunia hiburan menjadi seorang publik figur di Jepang. Namun, perbedaan itu pula yang membuat mereka kerap mendapatkan perlakuan diskriminasi kendati di dalam profesinya sendiri yaitu publik figur. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan membahas mengenai diskriminasi
nihonjin terhadap
haafu dalam profesinya sebagai publik figur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis kualitatif, dengan mengolah data kepustakaan. Berdasar pada pemaparan kasus diskriminasi yang dialami oleh Miyamoto, Yoshikawa dan Nakagawa, hasil penelitian menunjukan bahwa diskriminasi masih terjadi pada
haafu publik figur di Jepang dalam bentuk perkataan kasar yang menyerang perbedaan ras yang mereka miliki melalui media sosial dan internet.
Japan is known as a homogeneous country. Although in fact, Japan has a variety of different ethnicities.
Haafu, is a term for children who have two ethnicities. Children who have two different races obtained from their parents. The difference appearance becomes a trendsetter and began to grace the entertainment industry. Many of them became public figure. However, owing to difference, they often get discriminated even in their job as public figure. Because of it, this research will discuss about
nihonjin discrimination of
haafu in the profession as a public figure. This is a qualitative analysis descriptive research method with processes library data. Based on the elaboration of discrimination cases experienced by Miyamoto, Yoshikawa and Nakagawa, the results of the study show that discrimination still occurs to
haafu public figure in Japan in the form of harsh words that attack the racial differences they have through social media and the internet.