Profesi seorang perempuan sebagai pelacur selama ini mendapatkan citra yang kurang baik di lingkungan masyarakat, maupun dari golongan perempuan itu sendiri. Oleh sebab itu, pada penelitian ini peneliti akan menunjukkan citra yang berbeda dari seorang pelacur. Melalui novel Supernova:Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dewi Lestari dan Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan, peneliti akan melihat perbedaan citra pelacur dari perempuan penulis dan laki-laki penulis.
Rumusan masalah dalam penelitian kali ini adalah perbedaan dari perempuan penulis dan laki-laki penulis menggambarkan citra pelacur dengan teori ecriture feminine atau feminine writing dari perspektif Helene Cixous. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis.
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan citra pelacur di dalam novel yang ditulis perempuan penulis dan laki-laki penulis. Jika ditinjau dari teori feminine writing, citra pelacur yang digambarkan dari perempuan penulis dan laki-laki penulis menunjukkan sosok pelacur yang mempunyai kekuasaan lebih dari laki-laki dengan memanfaatkan kebutuhan laki-laki sehingga menjadi daya tawar untuk mengekploitasi.
The profession of a woman as a prostitute always connotates a bad image in the community, also from the female society it self. Therefore, in this study, researchers will show a different side of a prostitute. Through the novel Supernova: Knight, Princess, and a Shooting Stars by Dewi Lestari and Beuty Is Pain by Eka Kurniawan, researchers will compare the differences in prostitutes from the perspective of female writers, and male writers. The formulation of the problem in this study is the difference between female writers and male authors assessing the image of prostitutes with ecriture feminine theory or feminine writing from Helena Cixous`s perspective. This study uses descriptive analytical methods. This research is intended to show a picture of prostitutes in novels written by women and men. If viewed from the feminine theory, the picture of prostitutes displayed by female writers and male writers shows a picture of prostitutes who have more power than men by using men`s needs so that it becomes a bargaining power to exploit.