ABSTRAKAda dua masalah yang sering muncul dalam diskusi publik soal tren
tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan (TPAKP) di Indonesia
akhir akhir ini. Yang pertama adalah rendahnya TPAKP Indonesia
dibanding negara ASEAN lain. Yang kedua adalah tren stagnasi
TPAKP Indonesia pada kisaran 51% dalam hampir tiga dasawarsa
terakhir. Dengan meninjau kembali data lintas negara dari Indeks
Kesenjangan Gender Global dan International Labor Organisation,
artikel ini bertumpu pada argumen bahwa kedua fitur TPAKP Indonesia
tersebut bukan semata mata kabar buruk, dan sebaiknya dibaca
dalam konteks besar pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di
Indonesia. Namun penafsiran yang lebih kritis dan saksama terhadap
tren indikator ini tidak menampik fakta bahwa masih ada ruang lebar
untuk memperbaiki partisipasi dan kesempatan ekonomi perempuan
di Indonesia.