Secara global, sebanyak 15 juta bayi lahir secara prematur setiap tahunnya. Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan angka kelahiran prematuritas tertinggi di dunia. Salah satu komplikasi utama pada bayi prematur adalah sepsis neonatorum. Sepsis neonatorum adalah respon inflamasi sistemik yang dapat terjadi pada neonatus diakibatkan oleh transmisi infeksi secara vertikal maupun melalui lingkungan. Dikarenakan oleh temuan klinis sepsis yang variatif, menyebabkan upaya mendiagnosis sepsis menjadi sullit dilakukan. Oleh karena itu, perlu diberlakukan profilaksis sepsis neonatorum pada bayi prematur, sehingga muncul prosedur oral care. Pemahaman mengenai kebermanfaatan dan keamanan prosedur oral care masih diperlukan untuk dapat menggunakan prosedur ini secara optimal.
Tujuan. (1) Mengetahui karakteristik subjek penelitian berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia gestasi, berat lahir, usia ibu, dan jenis persalinan. (2) Mengetahui angka kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur yang mendapat dan tidak mendapat oral care. (3) Mengetahui hubungan antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur.
Metode penelitian. Sebuah studi cross-sectional dilakukan pada populasi bayi prematur yang lahir di RSCM pada tahun 2015-2017. Sebanyak 42 sampel yang dipilih secara simple random sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2018 dengan melihat rekam medis subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis bivariat.
Hasil penelitian. Jumlah total subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah 42 bayi prematur. Karakteristik penelitian ini adalah jenis kelamin laki-laki sebesar 52,4%, rerata usia gestasi 33 (24-36) minggu, rerata berat lahir 1569,24±493,3 gram, rerata usia ibu 30,5238±6,67 tahun, dan jenis persalinan sectio caesaria sebesar 85,7%. Didapatkan hubungan bermakna antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum (P=0,030 ; RR=0,533 ; IK 95%=0,290-0,980). Didapatkan hubungan bermakna antara usia gestasi dengan kejadian sepsis neonatorum pada subjek yang mendapat oral care (UG: 32-37 minggu = 91,7% subjek tidak sepsis ; P=0,003), serta hubungan bermakna antara berat lahir dengan kejadian sepsis neonatorum pada subjek yang mendapat oral care (BL: 1500-2499 gram = 100% subjek tidak sepsis ; P=0,002).
Kesimpulan. Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian oral care dengan kejadian sepsis neonatorum pada bayi prematur di RSCM, terdapat penurunan kemungkinan terkena sepsis neonatorum sebesar 0,533 kali lipat.
Introduction. Globally, it is estimated that there are 15 million premature infants born every year. Indonesia ranks fifth in the incidence of prematurity worldwide. One of the major complications of premature infants is neonatal sepsis. Neonatal sepsis is a systemic inflammatory response on infants caused by infections acquired vertically and enviromentally. Sepsis has a wide range of clinical findings, therefore it is hard to diagnose precisely. Therefore, profilactic measures to prevent neonatal sepsis is needed, and oral care rises as one of the solution. The understanding in regards of efficacy and safety of oral care is needed in order to be able to optimally utilize this procedure. Objectives. (1) To determine the subject characteristic based on gender, gestational age, birth weight, maternal age, and mode of delivery. (2) To determine the incidence of neonatal sepsis in premature infants with or without the administration of oral care. (3) To determine the association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis in premature infants. Methods. A cross-sectional study is done to premature infants born in RSCM in 2015-2017. 42 samples are chosen by simple random sampling. Data is collected from January to August 2018 by observing the medical records of the subject, and then continued to be analyzed using bivariate analysis. Results. There are 42 subjects that met the inclusion and exclusion criteria. The characteristics of this study are, 52,4% subject is male, mean gestational age is 33 (24-36) weeks, mean birth weight is 1569,24±493,3 gram, mean maternal age is 30,5238±6,67 years, and 85,7% subject delivered by sectio caesaria mode. There is a significant association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis (P=0,030 ; RR=0,533 ; CI 95%=0,290-0,980). There is a significant association between gestational age and the incidence of neonatal sepsis in subjects receiving oral care (GA: 32-37 weeks = 91,7% subjects without neonatal sepsis ; P = 0,003), and a significant association between birth weight and the incidence of neonatal sepsis in subjects receiving oral care (BW: 1500-2499 gram = 100% subjects without neonatal sepsis ; P = 0,002). Conclusion. There is a significant association between oral care administration and the incidence of neonatal sepsis in premature infants in RSCM, with the reduction of probability of the incidence of neonatal sepsis as much as 0,533 times higher.