ABSTRAKPeriode Revolusi selain berkisah seputar perang juga identik dengan masa transisi, dimana Pemerintahan Republik mulai mengambil peran dalam mengatur berbagai sendi kehidupan masyarakat. Di Malang pada masa ini muncul polemik di kalangan pemerintah mengenai penggunaan Oeang Republik Indonesia (ORI) atau uang Belanda sebagai alat tukar. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai persoalan yang muncul mengenai tarik ulur penggunaan uang sebagai alat tukar, baik dari sudut pandang pemerintah Republik, maupun pemerintah Belanda. Selama masa Revolusi, meskipun mendapat tekanan dari Belanda, Pemerintah Malang tetap bersikap tegas dalam mempertahankan ORI sebagai mata uang. Disimpulkan bahwa sikap dalam memilih ORI sebagai alat tukar merupakan bagian dari perjuangan menjaga kedaulatan Republik, selain melalui perang fisik. Sebagai bentuk perjuangan diplomasi moneter, langkah ini dapat membangkitkan semangat kebangsaan seluruh bangsa, terutama di Malang.