Penampilan fisik memainkan peran penting individu dalam berinteraksi di masyarakat. Seseorang dengan gangguan estetika pada wajah, gigi, dan mulut atau ‘orofasial’ akan berdampak pada perasaan, pikiran, sikap dan perilaku terhadap dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya, atau yang disebut sebagai dampak psikososial dan lebih lanjut terhadap kualitas hidupnya. Aspek dimensi psikososial ini belum terungkap pada pasien prostodonsia dan belum adanya alat ukur yang tepat dan sudah tervalidasi untuk menilai persepsi estetika pada pasien prostodonsia termasuk dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa alat ukur yang dapat menilai hal-hal tersebut yaitu
Orofacial Esthetic Scale OES),
Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire PIDAQ),
Prosthetic Esthetic Index PEI). Namun penggunaannya secara komprehensif ditambah dengan penilaian parameter estetika yang terukur serta faktor sosio demografi belum pernah dilakukan baik di luar negeri maupun Indonesia untuk kasus prostodontik.
Tujuan: Memperoleh model prediksi dan alat ukur yang valid dan reliabel untuk menilai persepsi pasien akan dampak psikososial dari adanya gangguan estetika orofasial untuk kasus prostodontik.
Bahan dan Metode: Pengembangan alat ukur yang menjadi faktor yang mempengaruhi dampak psikososial pada gangguan estetika orofasial melalui dua tahap yaitu tahap adaptasi lintas kultural dan uji psikometri dari kuesioner
OES, PIDAQ dan
PEI. Tahap berikutnya pengembangan model prediksi dengan analisis regresi logistik dari seluruh faktor yang mempengaruhinya. Total subjek penelitian adalah 163 orang yang terbagi menjadi kelompok dengan gangguan estetika (55%) dan estetika normal (45%) dengan rentang usia antara 18-73 tahun di RSKGM FKG UI.
Hasil: Uji validitas dan reliabilitas ke tiga alat ukur yaitu pertama, kuesioner untuk menilai kepuasan estetika orofasial diri sendiri (
OES-Id), kedua kuesioner untuk menilai dampak psikososialnya (
PIDAQ-Id), dan alat ukur untuk mengevaluasi estetika orofasial pasien oleh klinisi (
PEI-Id) dapat dipercaya dan digunakan dalam penelitian ini. Faktor yang paling berpengaruh dapat memprediksi terjadinya dampak psikososial yang buruk adalah keselarasan inklinasi enam gigi anterior rahang atas, keberimpitan garis tengah wajah dan garis tengah lengkung gigi, letak titik kontak anterior gigi rahang atas dan kepuasan pasien akan kondisi estetika orofasialnya. Ke empat variabel ini ditambahkan dengan variabel keharmonisan warna gigi dan posisi kehilangan gigi yang belum diganti menjadi variabel pada model prediksi. Model ini memiliki nilai sensitifitas 81,3%, nilai spesifitas 72,5 % dan
area under the curve 83,1% (CI 95% 0,760-0,901).
Kesimpulan: Alat ukur
OES-Id, PIDAQ-Id, PEI-Id serta indeks prediksi dampak psikososial dapat digunakan bersamaan dengan hasil pemeriksaan klinis dalam menentukan persepsi pasien dan dampak psikososialnya pada kasus prostodonsia dengan gangguan estetika. Dengan diketahuinya hal ini, diharapkan keberhasilan perawatan prostodonsia terutama yang melibatkan estetika makin baik.
Physical appearance plays essential role in people's interaction. Individuals with aesthetic impairment on facial, dental, and mouth or 'orofacial' will have impacts on feelings, thoughts, attitudes, and behavior toward themself and their social life, or referred as the psychosocial and further impact on the quality of life. Patient-based measure outcomes to identify, analyze, and diagnose esthetic and functional problems are mandatory. However, the psychosocial impact and esthetic impairments have not been widely investigated in the discipline of prosthodontics despite their divergence with orthodontic research. This may be attributed in part by the lack of valid and reliable tools with good sensitivity for identifying the relations between them. Valid and reliable questionnaires are needed to systematize and hasten this perception process. The Orofacial Esthetic Scale (OES), the Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire (PIDAQ), and the Prosthetic Esthetic Index (PEI) are available for orofacial aesthetic evaluation, but further research will be needed for prosthodontics concern and Indonesian population. However, comprehensive methods with appropriate measuring instruments combine with quantifiable aesthetic parameters and socio-demographic factors that influence the psychosocial impact of prosthodontics patients with various orofacial esthetics impairment can be known. Objective: To develop and validate orofacial esthetic evaluation instruments in prosthodontics patients, which are the instrument for clinician's and patient's appraisal of esthetic and instrument for psychosocial impact of esthetic impairment. And to obtain a model to predict the psychosocial impact of orofacial aesthetics impairment in prosthodontics patients. Methods: The study was a cross-sectional design. It consists of two phases: first was the development and validation of orofacial esthetic evaluation instrument in prosthodontics patients, there were the OES, the PIDAQ and the PEI questionnaires. The next stage was the development of predictive model with logistic regression analysis of all the contributing factors. Results: The subjects of 163 were divided into two groups; esthetically impaired group (55%) and esthetically normal group (45%) with an age range between 18-73 years. Validity and reliability testing of the Indonesian version of OES, PIDAQ, and PEI questionnaires has proved can be trusted and used in this study. The most influential factors that can predict the occurrence of the negative impact of psychosocial were the inclination of six anterior maxillary teeth, the coincidence between facial and dental midlines, the location of the anterior contact points of the maxillary teeth and patient satisfaction with the orofacial aesthetic conditions. To developed a predictive model, two critical variables for esthetics evaluation were added, the harmony of tooth color, and the position of tooth loss. This model has a sensitivity value of 81.3%, a specificity value of 72.5% and an area under the curve 83.1% (CI 95% 0.760-0.901). Conclusion: The measuring tools of the OES-Id, the PIDAQ-Id, the PEI-Id, and the psychosocial impact prediction index can be used together with quantifiable aesthetic parameters to determine clinician's and patient's appraisal of the esthetic and psychosocial impact of esthetic impairment in prosthodontics.