ABSTRAKSelama bertahun-tahun, toleransi beragama di antara kelompok agama telah menjadi masalah sosiopolitik kritis di Indonesia dan di seluruh dunia. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang menyelidiki mekanisme psikologis yang mungkin mendasari munculnya toleransi pada orang beragama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki apakah peran kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif dalam memprediksi hubungan antara religiusitas dan toleransi beragama tergantung pada tingkat agresivitas. Kami menggunakan analisis mediasi atas data religiusitas, kerendahan hati intelektual, fleksibilitas kognitif, dan agresivitas dari 226 mahasiswa Muslim Indonesia untuk menguji prediksi kami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif secara signifikan memediasi pengaruh religiusitas dalam meningkatkan toleransi beragama. Seperti yang diperkirakan, kerendahan hati intelektual adalah mediator yang lebih kuat pada orang-orang beragama yang memiliki tingkat agresivitas yang tinggi, sedangkan fleksibilitas kognitif adalah mediator yang lebih kuat pada orang-orang beragama dengan tingkat agresivitas yang rendah. Oleh karena itu, tingkat agresivitas orang beragama menentukan apakah kerendahan hati intelektual atau fleksibilitas kognitif akan menjadi faktor yang efektif dalam meningkatkan toleransi beragama. Temuan kami menunjukkan pentingnya mengembangkan kerendahan hati intelektual dan fleksibilitas kognitif untuk mempromosikan perilaku toleran di antara umat beragama.
ABSTRACTOver the years, religious tolerance between religious groups has become a critical sociopolitical problem in Indonesia and throughout the world. To date, there has been no study that has investigated psychological mechanism which might underlie the emergence of tolerance in religious people. The purpose of this study is to investigate whether the roles of intellectual humility and cognitive flexibility in predicting the relationship between religiosity and religious tolerance are dependent on the levels of aggressiveness. We employed mediation analyses over data of religiosity, intellectual humility, cognitive flexibility, and aggressiveness from 226 Indonesian-Moslem students to test our predictions. The results showed that intellectual humility and cognitive flexibility significantly mediated the influence of religiosity in increasing religious tolerance. As predicted, intellectual humility is a stronger mediator in religious people who possess high level of aggressiveness, while cognitive flexibility is a stronger mediator in religious people with low level of aggressiveness. Hence, the level of aggressiveness of a religious person determines whether intellectual humility or cognitive flexibility would be an effective factor in increasing his/her religious tolerance. Our findings suggest the importance of developing intellectual humility and cognitive flexibility to promote tolerant behavior among religious people.