ABSTRAKDiplomasi publik dan komunitas transnasional yang berhubungan langsung dengan
publik internasional tidak bisa dipisahkan. Posisi komunitas transnasional sebagai
aktor non-negara sering tidak dianggap dalam sistem negara dan internasional.
Penelitian ini membahas kontribusi aktor non-negara dalam diplomasi publik Turki
di Indonesia melalui komunitas transnasional Nurcu, pengikut Badiuzzaman Said
Nursi. Nurcu di Indonesia diwakili oleh Yayasan Nur Semesta dari kelompok
Okuyucular dan Hayrat Foundation dari kelompok Yazicilar. Keberadaan dan
aktivitas kedua kelompok dianalisis menggunakan teori transnasionalisme.
Sedangkan teori diplomasi publik digunakan untuk menunjukkan pengaruh
keduanya di kalangan publik Indonesia. Jenis penelitian ini adalah studi kasus
dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukang dengan menggunakan
observasi, wawancara, dan snowball sampling. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
aktivitas dua kelompok ini bukan hanya dalam bidang dakwah, namun juga
transformasi nilai melalui budaya, akademik, dan sosial. Berdasarkan studi
lapangan yang dilakukan di wilayah Jakarta dan sekitarnya, publik Indonesia
tertarik dengan Risalah Nur dan Said Nursi berdasarkan faktor branding Turki yang
disematkan, faktor tradisi, faktor akademis dan faktor teologis.
ABSTRACTPublic diplomacy and the transnational community that deals directly with the
international public could not be separated. The role of the transnational community
as a non-state actor is often not considered by the state and the international system.
This study discusses the contribution of non-state actors in Turkish public
diplomacy in Indonesia through the transnational community Nurcu, followers of
Badiuzzaman Said Nursi. The Nur Semesta Foundation represented Nurcu in
Indonesia from the Reader group (Okuyucular) and the Hayrat Foundation from the
Writer group (Yazıcılar). The existence and activities of the two groups were
analyzed using the theory of transnationalism, whereas their influences toward
Indonesian public are analyzed using public diplomacy theory. This type of
research is a case study with a qualitative approach. So the data collection of this
research use observations, interviews, and snowball sampling. Finally, this research
concludes that the activities of these two groups are not merely in the field of
da'wah, but also the transformation of values through cultural, academic, and social
aspects. Based on field studies conducted in Jakarta and surrounding areas, the
Indonesian public is interested in the Risale-i Nur and Said Nursi based on
embedded Turkish branding factors, academic factors, and theological factors.