Tesis ini mengkaji bagaimana obsesi fans terhadap Momoiro Clover Z berpengaruh terhadap sikap ofensif mereka terhadap Momoka Ariyasu dan penggemarnya. Dengan menggunakan teori dramaturgi dari Goffman serta konsep phantasm dan simulacra dari Klossowski, penelitian ini menjelaskan bagaimana fans berimajinasi dan berfantasi, didasari dengan citra dari Momoiro Clover Z menurut penggemarnya berdasarkan team performance, serta kehausan fans akan sosok panutan. Hal ini menimbulkan perilaku obsesif yang berperan penting pada bagaimana partisipan pada serial utas Nanka Futsū ni Ariyasu Kirai ni Nattekita wa bersikap ofensif terhadap Ariyasu yang dituduh sebagai pengkhianat. Pada diskusi lanjutan, obsesi terhadap Momoiro Clover Z tidak lagi berperan penting pada serial utas, akan tetapi lebih dipengaruhi oleh unsur hiburan dari diskusi. Komunitas yang terbentuk pada serial utas Nanka Futsū ni Ariyasu Kirai ni Nattekita wa tidak memiliki tujuan pasti dan berubah-ubah, membuktikan bahwa mereka adalah komunitas yang bersifat cair.
This thesis examined how fans’ obsession towards Momoiro Clover Z is influencing their hatred towards Momoka Ariyasu and her fans. Using Goffman’s Dramaturgy and Klossowski’s phantasm and simulacra, this research was able to find how fans recreate imagination and fantasy about their idols, based on how Momoiro Clover Z’s image is represented through their “team performance” as idol and fans’ thirst for role model, resulting in obsessive attitude. This obsession then plays a pivotal role on how participants in Nanka FutsÅ« ni Ariyasu Kirai ni Nattekita wa address their hatred towards Ariyasu. In later discussion, obsession towards Momoiro Clover Z was no longer important, replaced by the entertaining factor of the discussion. The community formed in Nanka FutsÅ« ni Ariyasu Kirai ni Nattekita wa was aimless and kept changing, showing that they were a community in liquid form.