Latar Belakang: Infeksi kornea yang disebabkan oleh jamur dapat menyebabkan
kerusakan yang lebih berat dibandingkan infeksi bakteri dikarenakan kemampuan jamur
untuk menembus kornea hingga ke bilik mata depan atau sklera. Antijamur tetes yang
tersedia secara komersil hanya natamisin yang memiliki penetrasi rendah. Vorikonazol
sebagai alternatif anti jamur dapat digunakan secara intrastromal untuk mempertahankan
kadar pada kornea. Penggunaan injeksi intrastromal vorikonazol secara tunggal maupun
serial banyak dilaporkan dalam bentuk laporan kasus dan terdapat variasi dalam hal dosis
dan frekuensi serta teknik pemberian.
Tujuan: Mengetahui perbandingan efektivitas pemberian kombinasi vorikonazol topikal
1% dan intrastromal 0.05% secara tunggal dan serial dibandingkan dengan natamisin
topikal 5% sebagai terapi keratitis jamur yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp pada
kelinci.
Metodologi: Penelitian ini merupakan uji eksperimental tersamar dengan randomisasi
terhadap kelompok hewan coba kelinci New Zealand White (NZW) dengan desain empat
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 kelinci. Kelompok pertama mendapat
terapi kombinasi tetes vorikonazol 1% tiap jam dan injeksi intrastromal vorikonazol
0.05% yang diberikan 1 kali pada hari 1. Kelompok ke-dua mendapatkan terapi
kombinasi tetes vorikonazol 1% tiap jam dan injeksi intrastromal vorikonazol 0.05%
yang diberikan 2 kali pada hari 1 dan 7. Kelompok ke-tiga mendapatkan terapi
kombinasi tetes vorikonazol 1% tiap jam dan injeksi intrastromal vorikonazol 0.05%
yang diberikan 3 kali pada hari 1, 7 dan 14. Kelompok ke-empat mendapatkan
monoterapi tetes natamisin 5% tiap jam.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan perbaikan secara klinis berdasarkan luas defek,
luas infiltrat, kedalaman keratitis dan tinggi hipopion pada semua kelompok yang
mendapatkan terapi injeksi vorikonazol maupun natamisin. Pada akhir terapi masih
didapatkan hifa jamur positif secara kualitatif pada 1 kelinci yang mendapatkan injeksi
intrastromal 1 kali dan 1 kelinci dengan terapi natamisin.
Kesimpulan: Kombinasi vorikonazol topikal dan injeksi vorikonazol intrastromal secara
serial menunjukan perbaikan klinis setara dengan natamisin topikal. Dalam hal daya
eliminasi jamur kombinasi vorikonazol topikal dan injeksi vorikonazol intrastromal
secara serial menunjukan hasil lebih baik dibandingkan terapi natamisin topikal dan
injeksi tunggal.
Background: Fungal corneal infections can cause more damage than bacterial infections
due to the fungus's ability to penetrate the cornea to the anterior chamber or sclera.
Natamycin is the only commercially available antifungal drops which has low
penetration. Voriconazole as an antifungal alternative can be used intrastromally to
maintain corneal concentration. The use of single or serial intrastromal voriconazole
injections is widely reported in the form of case reports and there are variations in terms
of dosage and frequency and administration techniques.
Objective: Comparing the effectiveness of topical voriconazole 1% combined with
intrastromal 0.05% single and serial compared to 5% topical natamycin as fungal keratitis
therapy caused by Fusarium sp in rabbits.
Methods: This research is an experimental test by randomizing a group of New Zealand
White (NZW) rabbit animals with a four-group design. Each group consists of 3 rabbits.
The first group received combination therapy of voriconazole drops 1% every hour and
intrastromal injection of 0.05% voriconazole given once on day 1. The second group
received combination therapy of voriconazole drops 1% per hour and intrastromal
injection of voriconazole 0.05% given 2 times on day 1 and 7. The third group received
combination therapy of voriconazole drops 1% every hour and intrastromal injection of
0.05% voriconazole given 3 times on days 1, 7 and 14. The fourth group received
monotherapy with 5% natamycin drops hourly.
Results: The results of this study showed clinical improvement based on corneal defect
size, infiltrate size, keratitis depth and height of hypopyon in all groups receiving
voriconazole and natamycin injection therapy. At the end of the therapy, fungal hyphae
were found in 1 rabbit who received 1 times intrastromal injection and 1 rabbit with
natamycin therapy.
Conclusion: The combination of topical voriconazole and serial intrastromal injection
shows clinical improvement equivalent to topical natamycin. In terms of the fungal
elimination, topical voriconazole and serial intrastromal injection is superior than topical
natamisin therapy and single injection.