ABSTRACTHubungan pemustaka dengan perpustakaan dan pustakawan mengalami transformasi menjadi suatu ruang publik yang
bersifat kompleks. Kompleksitas ruang publik ini tidak hanya untuk menampung interaksi antara pemustaka dan
pustakawan dalam hubungannya dengan akses informasi dan pengetahuan, tetapi juga sebagai ruang pertemuan antar- generasi, antar-kepentingan, antar-komunitas, antar-profesi yang bersatu dan berinteraksi dengan pustakawan, teknologi, jejaring dan direkatkan oleh bahan perpustakaan dan dokumen koleksi perpustakaan. Pustakawan di era disrupsi harus
mampu mengembangkan kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dengan melakukan berbagai
terobosan. Perpustakaan harus berkreasi dan merespon perubahan yang muncul setelah disrupsi, antara lain dengan
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Pustakawan harus mampu menunjukkan bahwa dirinya merupakan pilar
pendidikan menuju masyarakat berperadaban tinggi melalui diseminasi informasi sehingga masyarakat mampu
membedakan informasi mana yang hoax dan yang valid. Masalah penting kepustakawanan Indonesia adalah terjadinya
ketidak-merataan jumlah dan kondisi perpustakaan. Saat ini Indonesia hanya mampu menyediakan 20% dari total
kebutuhan masyarakat untuk mengakses perpustakaan. Saat ini 4 hal yang harus diperbaiki perpustakaan dalam
menciptakan layanan prima di era disrupsi yaitu: Peningkatan akses informasi, perbaikan layanan perpustakaan, memetik manfaat pembelajaran dari pengalaman, perbaikan sumber daya manusia di perpustakaan.
ABSTRACTThe relationship between user and the library, librarians undergoes a transformation into a complex public space. The
complexity of this public space is not only to accommodate the interaction between librarians and librarians in relation
to access to information and knowledge, but also as a space for inter-generational, inter-community, inter-community, inter-professional meetings to unite and interact with librarians, technology, networking and glued together by library
materials and library collection documents. Librarians in the era of disruption must be able to develop the
competencies needed to achieve success by making various breakthroughs. Libraries must be creative and respond to
changes that occur after disruption, among others by adapting to changes that occur. Librarians must be able to show
that they are the pillars of education towards high civilized society through information dissemination so that people
are able to distinguish which information is hoaxed and valid. An important problem of Indonesian librarianship is the
unevenness in the number and condition of libraries. At present Indonesia is only able to provide 20% of the total
community needs to access the library. At present 4 things that must be improved by the library in creating excellent
services in the era of disruption are: Increasing access to information, improving library services, reaping the benefits
of learning from experience, improving human resources in the library.