Indonesia berbangga dengan beratus-ratus bahasa daerahnya. Diversitas yang menakjubkan itu muncul karena dampak sosial dalam tiga era global: Migrasi purba dari benua Asia, intensifikasi perdagangan dan penindasan kolonial lima ratus tahun lalu, serta perubahan demografi dan komunikasi pada kurun ke-21 ini. Namun, sekarang kita menyaksikan penurunan jumlah bahasa di Indonesia. Daya tahan dan pelestarian bahasa warisan, yakni bahasa lokal, di jaringan bahasa Nusantara yang memang kompleks harus dianggap komponen yang penting dalam identitas nasional Indonesia. Serentak dengan kehilangan bahasa warisan pada kadar cepat, kita juga berhadapan dengan krisis ekologi yang melanda Indonesia. Pada abad ke-19 pengembangan linguistik berkait dengan kemajuan biologi. Maka, pada abad ke-21 ini penanganan dan penelahan bahasa-bahasa yang terancam punah sewajarnya berkait dengan fokus kontemporer pada studi ekologi global. Nettle (1999) menegaskan bahwa justru wilayah dunia dengan diversitas biologis yang tinggi merupakan daerah dengan diversitas bahasa yang juga tinggi. Penelitian apa pun tentang flora dan fauna Nusantara sebaiknya seiring dengan studi bahasa dan dialek yang terancam punah. Dalam tulisan ini, ditinjau perencanaan transdisipliner yang mampu menghasilkan pengertian dan pemahaman tentang sistem ekologis dan komunitas bahasa regional serta wawasan tentang peran pengetahuan itu dalam merapatkan usaha ahli akdemis dan anggota masyarakat untuk mempertahankan sistem ekologis dan jaringan bahasa Nusantara.