Latar belakang: Difteri merupakan penyakit infeksi bakteri yang diperantarai oleh
toksin. Corynebacterium diphtheriae adalah penyebab tersering difteri. Diagnostik
laboratorium harus dilakukan dengan cepat untuk menunjang diagnosis klinis difteri.
Pemeriksaan mikroskopik tidak direkomendasikan karena tidak spesifik, kultur dan uji
toksin yang merupakan uji baku emas cukup memakan waktu, membutuhkan
keterampilan dan pengalaman serta hanya dilakukan di laboratorium rujukan. PCR
merupakan metode pemeriksaan yang cepat, sensitif dan spesifik. Duplex real-time PCR
dapat mendeteksi bakteri penyebab tersering dan gen pengkode toksin secara simultan.
Tujuan penelitian: Melakukan optimasi uji duplex real time PCR untuk deteksi C.
diphtheriae potensial toksigenik dan menerapkannya pada spesimen usap tenggorok
pasien tersangka difteri.
Metode: Duplex real-time PCR menggunakan dua pasang primer dan probe dengan
target gen rpoB C.diphtheriae dan toksin difteri subunit A Tox. Parameter yang
dioptimasi adalah suhu penempelan, konsentrasi masing-masing primer dan probe,
inhibitor, reaksi silang dengan patogen lain dan ambang batas deteksi uji. Kemudian uji
diaplikasikan pada spesimen usap tenggorok pasien tersangka difteri yang dirawat di
RSPI Sulianti Saroso pada periode 2018-2019. Sebagai perbandingan dilakukan uji Elek
untuk konfirmasi toksigenitas dan analisa data klinis pasien.
Hasil: Kondisi optimal uji didapat pada suhu penempelan 55oC, konsentrasi primer Cd
0,4 μM, primer Tox 0,6 μM, probe Cd 0,5 μM dan probe Tox 0,625 μM, volume elusi
ekstraksi DNA 50 μL, volume cetakan DNA 5 μL dan ambang batas deteksi 2 CFU/ml.
Uji tidak bereaksi silang dengan mikroorganisme lain yang dicobakan. Dari 89 sampel,
proporsi positif C.diphtheriae potensial toksigenik dengan uji duplex real-time PCR
adalah 21,3%, sedangkan proporsi positif C.diphtheriae toksigenik menggunakan uji
baku emas adalah 11,2%.
Kesimpulan: Duplex real time PCR untuk deteksi C.diphtheriae potensial toksigenik
telah dioptimasi dan diaplikasikan pada pasien tersangka difteri. Diharapkan uji ini
dapat meningkatkan diagnosis laboratorium kasus difteri.
Background: Diphtheria is toxin-mediated bacterial infection. The most commonetiology is Corynebacterium diphtheriae. Laboratory diagnostic should be doneimmediately to support clinical diagnosis. Microscopic examination is notrecommended, culture followed by toxin test is consider gold standard but timeconsuming,require experience and only done in referral laboratory. PCR is fast,sensitive and specific. Duplex real-time PCR can detect bacteria and toxin-encodinggene simultaneously.Objective: Optimizing duplex real-time PCR assay for detection of potentiallytoxigenic C.diphtheriae and applicate the assay on throat swab of suspected diphtheriapatient.Method: Two pair of primers and specific probe targeting rpoB gene of C.diphtheriaeand A-subunit of diphtheria toxin gene were used in this study. Parameters includingannealling temperature, concentration of primers and probes, inhibitors, cross reactionand detection limit were being optimized to receive optimal condition. The optimizedassay was applicated on throat swab of suspected diphtheria patient in Sulianti SarosoInfectious Disease Hospital at 2018-2019. Elek toxigenity test was used for comparisonand clinical data of the patient were analyzed.Result: The optimum condition for duplex real-time PCR was received upon theannealing temperature 60oC, concentration of Cd primer 0,4 μM, Tox primer 0,6 μM,Cd probe 0,5 μM, Tox probe 0,625 μM, DNA elution volume 50 μL, DNA templatevolume 5 μL and detection limit 2 CFU/ml. There was no cross reaction found withother tested microorganisms. Of 89 samples, proportion of potentially toxigenicC.diphtheriae was 21,3% and proportion of toxigenic C.diphtheriae confirmed by goldstandard was 11,2%.Conclusion: Duplex real time PCR has been optimized for detection of potentiallytoxigenic C.diphtheriae. This method can be used to detect C.diphtheriae and Toxsimultaneosly and increase supporting diagnosis.